Jumat, 08 Januari 2016

EXO Fanfiction - [Summer: Mirage] Chapter 3




Author                  : Muftonatul Aulia & Hanifah Harahap
Genre                   : Romantic, Friendzone, Memories, Angst, Drama
Length                  : Multichapter
Rating                   : General
Main Cast            :    
                1. Park Chanyeol (21 th)                                               
                2. Byun Baekhan(OC) (21 th)
                3. Byun Baekhyun (20 th)
                4. Oh Sehun (21 th)


Credit Poster: Gyuskaups@ Indo Fanfictions Arts
PLEASE, NO PLAGIAT! THIS STORY IS REAL FROM OUR MIND
DON’T BE A SIDERS GUYS
Fanfic ini juga kami publish di blog pribadi kami parkjunjinchanchan.blogspot.co.id

Previous Chapter:



 “Nuna, bangun!”
Baekhyun mengguncang bahu Baekhan dengan kasar hingga Baekhan terloncat dari tidurnya seperti orang yang baru saja bangun dari sebuah mimpi buruk. Baekhan memandang wajah adiknya dengan ekspresi kesal.
                “Kau tahu sudah berapa lama kami menunggumu di ruang musik itu? Ayo, ke sana! Chanyeol hyung sudah menungguu!” Baekhyun menarik tangan Baekhan dengan kuat meskipun nuna-nya itu meronta-ronta.
                “Mwo?  Kau tidak lihat pakaianku ini? Masa aku harus bertemu dengan Chanyeol dengan pakaian seperti ini?!” kata Baekhan melepas genggaman tangan Baekhyun.
                Baekhyun memperhatikan nuna-nya dengan seksama. Nuna-nya itu mengenakan celana jeans pendek dan kaos warna hitam tanpa lengan.
“Ayolah. Dia juga mengerti kalau ini hampir musim panas!” kata Baekhyun dengan kesal.
Baekhan merebahkan dirinya di atas kasur dan menarik selimut di dekatnya. Ia menutupi semua badannya dengan selimut itu.
Oh, benar-benar keras kepala.
Baekhyun menghela napas dan berjalan ke arah lemari pakaian Baekhan dan membukanya. Baekhyun melihat segala isi lemari yang rapi itu. Kemudian, ia menarik sebuah cardi warna abu-abu dan menutup lemari itu dengan kasar. Baekhyun lalu kembali berjalan ke arah Baekhan dan melemparkan cardi itu pada nuna-nya.
                “Pakai saja itu,” ujar Baekhyun dengan ekspresi datar.
                Baekhan membuka selimutnya dan melihat sebuah cardi warna abu-abu sudah ada di atas badannya. Dengan kesal, Baekhan duduk dan buru-buru memakai cardi-nya itu dan sedikit merapikan rambutnya. Ia meraih handphone-nya yang kini tergeletak di samping bantal guling.
                Dengan cepat, Baekhyun menarik tangan nuna-nya menuruni kasur dan berjalan menuju ruang musik. Baekhan hanya diam mengikuti Baekhyun.
                “Ya, sudah berapa lama kalian menunggu?” tanya Baekhan.
                “Dua jam dua puluh lima menit empat puluh delapan detik,” jawab Baekhyun datar.
                “Mwo?!”  sontak Baekhan melepaskan tangannya dari tangan Baekhyun.
                “Sudah selama itu? Kenapa kamu nggak bangunin aku dari tadi? Bagaimana aku jadinya di depan Chanyeol?” ujar Baekhan dengan nada bingung. “Kalau begitu.. bilang saja sama Chanyeol kalau aku mendadak sakit karena kau terlalu keras menendangku tadi,”
                Baekhan kembali berjalan menuju kasurnya yang empuk dengan langkah tergesa-gesa. Baekhyun menatap gadis berumur 21 tahun itu dengan heran. Namja itu lalu kembali menghela napas panjang dan menyeret Baekhan keluar kamar dengan paksa.
                “Byun Baekhyun!!” teriak Baekhan seraya melawan Baekhyun yang menyeretnya dengan kedua tangannya yang terasa lembut di kulit putih Baekhan.
                “Kau sangat menyebalkan!” ujar Baekhyun keras.
                Diam-diam Baekhan menyumpah siapapun yang membuat kamar Baekhyun―yang sekarang menjadi ruang musik berada di sebelah kamarnya. Baekhan bisa merasakan wajahnya menjadi panas karena semakin dekat dengan ruangan itu. Gadis itu menutup matanya erat dan berhenti meronta ketika Baekhyun membuka pintu ruang musik dengan agak keras.
                Baekhan membuka matanya yang bulat ketika Baekhyun melepaskan genggaman tangannya dengan kasar. Oh, dia benar-benar merasa seperti sedang di culik sekarang. Dengan santai, Baekhyun menghempaskan badannya ke sebuah sofa di dekat pianonya yang mengkilap karena selalu ia bersihkan setiap minggu.
Chanyeol yang sedang berdiri di depan jendela ruangan yang cukup besar saraya melihat taman belakang rumah mereka menoleh seketika. Lelaki jangkung itupun tersenyum manis tatkala mendapati Baekhan sudah berada di ruangan ini. Entah kenapa Baekhan merasa senyuman Chanyeol saat ini sungguh mengerikan. Gadis itu menahan napasnya ketika Chanyeol berjalan mendekat ke arahnya.
                “Ya. Apa kau ketiduran?” tanya Chanyeol. Ia mengacak pelan rambut Baekhan. Chanyeol mendekatkan dirinya pada Baekhan. Ia menatap gadis itu dan menyadari bahwa Baekhan sangat cantik dengan wajah setengah western-nya.
                Baekhan mengangguk pelan. “Mian. Aku tadi membalas pesan dari Oh Sehun sambil berbaring di kasurku dan berniat menemui kalian di sini, tapi ternyata aku ketiduran. HAHAHA” ujar Baekhan dengan tawa yang sedikit dipaksakan. Dia benar-benar malu dengan Chanyeol saat ini.
                Chanyeol menaikan satu alisnya.
Sehun?
“Apa yang kalian berdua lakukan?” tanya Baekhyun dari ujung sana. Baekhan sedikit melirik adiknya itu. “Hyung kau bilang akan latihan bermain piano dengan gadis aneh itu..” kata Baekhyun dengan ekspresi tanpa dosa.
Ya! Apa katamu?” Baekhan sedikit menghentakkan kakinya dan menancapkan pandangannya pada Baekhyun yang entah kenapa tiba-tiba terkekeh sendiri seraya memeluk bantal sofa yang empuk. Dasar aneh..
Park Chanyeol tersenyum tipis dan berjalan menuju piano dan duduk dengan tenang di kursinya.  Lelaki itu merengganglan kesepuluh jarinya dan bersiap untuk memainkan piano yang merupakan hadiah ulang tahun Baekhyun ketika ia berusia 18 tahun.
“Kau suka musik jazz, ‘kan?” tanya Chanyeol pada Baekhan.
Gadis itu sedikit menyeka rambutnya dan mengangguk pelan.
“Sama seperti Sehun. Dan karena kau berteman baik dengannya, kau pasti tahu lagu Bewitched, Bothered, and Bewildered. Apa kau bisa menyanyikannya?
                “Tentu aku bisa menyanyikannya!” jawab Baekhan dengan antusias.
Itu adalah lagu jazz pertama yang ia dengarkan bersama Oh Sehun. Yang ia tahu, Sehun menyukai lagu itu. Kadang, Sehun mengajaknya menyanyikan lagu itu saat latihan vokal. 
Hei tunggu, kenapa Chanyeol tahu kalau Sehun juga suka musik jazz? Padahal setahunya mereka berdua adalah dua namja populer yang memiliki hubungan yang buruk. Dan apa hubungannya Sehun dengan kenyataan kalau ia tahu lagu Tony Bennet itu? Apa Chanyeol juga menyukai lagu ini?
                “Oke. Kalau begitu, mulailah bernyanyi..” ujar Chanyeol sambil menyeret jarinya di atas tuts piano dengan lembut.
                Baekhan menghela napas panjang sebelum ia mulai bernyanyi. Kini, tengkuknya mulai merasakan udara dingin yang dihasilkan AC di ruangan ini.
                After one whole quart of brandy. Like a daisy, i’m awake with no Bromo-Seltzer handy. I don’t even shake
                Chanyeol melirik ke arah Baekhan sambil terus memainkan piano. Suaranya benar-benar indah. Baekhyun yang duduk di dekatnya juga memperhatikan nuna-nya itu dengan seksama. Logat Inggris Baekhan benar-benar terasa karena ibunya seorang warga Inggris yang menikah dengan ayahnya yang bermarga Byun.
                Men are not a new sentation. I’ve done pretty well i think. But this half-pint imitation put me on the blink
                Baekhyun sedikit membuka matanya dan melihat ke arah Chanyeol dan Baekhan. Permainan piano Chanyeol benar-benar sempurna.
                I’m wild again, beguiled again. A simpering, whimpering child again. Bewitched, bothered, and bewildered – am i
                Couldn’t sleep and wouldn’t sleep when love came and told me, i shouldn’t sleep. Bewitched, bothered, and bewildered – am i
                Lost my heart, but what of it. He is cold i agree he can laugh, but i love it. Although the laugh’s on me
                Oh, sekarang Chanyeol ikut bernyanyi bersama gadis itu. Baekhan menutup matanya erat, menjiwai isi lagunya. Suara piano yang lembut mengiringi suara emas Chanyeol dan Baekhan.
Baekhyun sedikit menganggukkan kepalanya. Terbenam dalam lembutnya lagu jazz yang banyak dicintai orang-orang ini.
                I’ll sing to him, each spring to him. And long, for the day when i’ll cling to him. Bewitched, bothered, and bewildered – am i
                He’s a fool and don’t i know it? But a fool can have his charms. I’m in love and don’t i show it Like a babe in arms?
                Love’s the same old sad sensation. Lately i’ve not slept a wink. Since this half-pint imitation put me on the blink
                I’ve sinned a lot, i’m mean a lot. But i’m like sweet seventeen a lot. Bewitched, bothered, and bewildered – am i
                Terdengar suara engsel pintu dibuka pelan.
Baekhyun menoleh ke arah pintu itu dengan wajah penasaran. Seketika, Chanyeol menghentikan permainan piano dan nyanyiannya ketika ia melihat Nyonya Byun sedang berdiri di depan pintu itu. Begitupun dengan Baekhan yang tampaknya terheran-heran dengan keberadaan mom-nya.
Mata wanita itu berwarna keabuan dan sangat jernih. Wajah wanita itu sama sekali bukan wajah Asian. Ia lahir dan dibesarkan di Inggris hingga suatu hari mendapat beasiswa di Korea―entah bagaimana ia jatuh cinta pada seorang Byun Jaeseok dan memutuskan untuk menikah dan tinggal di Korea.
                “Sorry. But, it’s time for dinner. Chanyeol, let’s take a dinner with us” kata wanita bernama Bethany itu dengan lembut.
                “Jinjja? Aku sudah kelaparan dari tadi. Ja.. kita makan malam bersama!” ucap Baekhyun kegirangan sambil melonjak dari kursinya.
                Chanyeol berdiri dan mengikuti Baekhyun dari belakang. “Kajja,” kata Chanyeol menarik tangan Baekhan yang berdiri tepat di depannya.

Baekhyun mengambil sepotong daging dan melahapnya bersama nasi putih yang hangat.
                “Byun Baekhyun, kau terlalu banyak makan daging akhir-akhir ini” kata Nyonya Byun memperingatkan. Baekhyun sedikit menggembungkan pipinya dan menatap mom-nya yang duduk di depannya dengan rambut pirang yang diikat ke belakang.
                “Mom, katanya anak tetangga sebelah gangguan jiwa, ya?” tanya Baekhyun.
                “Wae?” jawab Nyonya Byun antusias seraya menggertakkan sumpitnya.
                “Jadi begini.. katanya tante sebelah sering bertengkar dengan suaminya. Karena itulah anaknya menjadi sangat tertekan berada di dalam rumah dan menjadi gangguan jiwa. Aku dengar kondisinya sangat mengerikan sekarang!” Baekhyun sedikit mengecilkan volume suaranya.
                “Really? Daebak... kenapa tak ada yang memberitahuku?” ucap Nyonya Byun kesal.
                Chanyeol memandangi Baekhyun dan Nyonya Byun dengan alis yang sedikit terangkat. Jadi, sifat Baekhyun yang suka menggosip ini diturunkan dari Nyonya Byun? Oh, benar-benar aneh!
Lelaki itu melirik ke arah Tuan Byun yang diam dan makan dengan tenang: sama seperti Baekhan. Ah, kini dia tahu kenapa Baekhan lebih pendiam daripada Baekhyun. Chanyeol tertawa dalam hati. Kedua kakak-adik ini memang aneh.
                “Jadi, Chanyeol ini teman Baekhan juga? Aku pikir kalian bukan teman karena Baekhan selalu menutup pintu kamarnya ketika kau datang,” ujar Nyonya Byun tiba-tiba dengan bahasa Korea yang baik. Ia menatap Chanyeol yang duduk di sebelah Baekhyun.
                “Oh, mom...” desis Baekhan pelan sambil menyenggol Nyonya Byun.
                “Haha.. Saat SMA, kelas kami bersebelahan. Baekhyun juga selalu membicarakan keburukan Baekhan padaku,” Chanyeol sedikit terkekeh. Ia melihat ke arah Baekhan yang duduk di depannya.
                “Ya! Aku tak selalu membicarakan gadis aneh itu padamu, hyung” jawab Baekhyun memprotes seraya menoleh ke samping kirinya.
                Tuan Byun sedikit menoleh ke arah Baekhyun. “Baekhyun, kamu sudah 20 tahun. Jangan membuat rumah ini menjadi semakin berisik dengan Baekhan,” katanya tenang. Baekhan sedikit tersenyum melihat adiknya itu dikritik ayahnya.
                 “Byun Baekhan punya suara yang bagus dan berkarakter. I very love her voice. Well, mungkin saja dia bisa menjadi penyanyi yang terkenal nantinya” puji Chanyeol seraya tersenyum pada gadis itu.
Baekhyun melihat nuna-nya dengan tajam. “AKurasa.. aku punya suara yang lebih bagus daripada Baekhan,” ujar Baekhyun dengan bangga.
Araseo. Kalau begitu, nyanyikanlah satu lagu nanti” jawab Chanyeol dengan santai.
                Nyonya Byun tersenyum kecil. “Jadi Chanyeol.. kamu hanya tinggal bersama adik perempuanmu di Seoul?”
                “Well. Dia tingkat 3 di Hannyoung High School” jawab Chanyeol memperjelas.
                “Hannyoung High School itu SMA kalian dulu, ‘kan?” tanya Papa Byun tiba-tiba.
Baekhyun mengangguk pelan. “Adiknya Chanyeol hyung itu adik tingkatku,” katanya.
“Orangtua kalian dimana?” sambung lelaki yang mulai tua itu.
                “Mereka di USA. Mereka mendapat tugas dari perusahaan tempat mereka bekerja. Aku dan Seulwoo, adikku entah kenapa tak begitu menyukai USA sehingga kami menetap di sini. Lagian waktu itu aku akan mengikuti ujian masuk Universitas,” jawab Chanyeol.
                “Aku baru tahu kau hanya tinggal dengan adikmu,” timpal Baekhan sambil memakan makan malamnya.
                Chanyeol tersenyum. “Wah, menyedihkan sekali jadi Park Chanyeol. Padahal aku tahu semuanya tentangmu tapi kau sama sekali tak tahu apa-apa tentangku, Baekhan” katanya lalu meneguk minumannya dengan mata yang masih tertuju pada Baekhan.
                A.. apa maksudmu?
-
-
Luhan menginjakkan kakinya di depan sebuah rumah mewah bergaya Mediterania. Ia memandang bagian luar itu dan melihat sama sekali tak ada perubahan yang berarti selama ia tak berada di Korea. Pelayan-pelayannya benar-benar setia mengurus rumah ini dengan baik.
                “Mari Tuan, saya bawakan kopernya..” kata seorang ajjuma yang sangat ia kenal.
                Luhan menyerahkan kopernya yang berwarna hitam pada wanita itu dan melepaskan kacamata hitam yang ia kenakan.
Ia melihat jam tangannya. Oh, sudah waktunya makan malam dan sekarang dia benar-benar lapar setelah perjalanannya dari China ke Korea.
                “Ajjuma, apa kau memasak untukku?” tanya Luhan.
                “Ne. Nyonya Han sudah memberitahu kalau Tuan akan sampai ke Korea malam ini. Jadi kami  menyiapkan makan malam untuk Tuan..” jawab ajjuma.
                “Jinjja?”
Luhan masuk ke rumah mewah itu dan berjalan menuju meja makan. Segala barang-barang yang ada di dalam rumahnya sama sekali tidak berubah. Hanya beberapa barang yang digeser ke tempat lain.
                Kakinya berhenti ketika sampai di meja makan yang lumayan besar. Dengan segala ukiran yang ada, meja itu benar-benar mewah.
Seorang pelayan lelaki menarikkannya kursi dan menyuruhnya duduk dengan hormat. Luhan tanpa basi-basi duduk dan menghadap ke arah makanan yang masih hangat itu.
                Seorang ajjuma menuangkannya segelas minuman segar dan meletakkannya di samping Luhan. Ia melirik ke arah Luhan dan menyadari bahwa entah kenapa wajah Tuannya ini semakin cantik.
                “Wah, sudah lama sekali tidak makan makanan seperti ini..” gumam Luhan seraya mengambil semangkuk nasi hangat yang sudah tersedia.
                Di sekelilingnya, berdiri beberapa pelayan yang siap disuruh apa saja jika diperlukan Tuan mereka. Seperti pelayan dan pangeran pada zaman-zaman kerajaan.
Luhan memandangi mereka satu per satu. “Apa selama kami di China, tak ada pelayan baru yang masuk?” tanya Luhan.
                “Tidak ada. Semua pelayan yang ada di sini adalah pelayan lama, Tuan. Nyonya Han juga melarang ada pelayan baru.” kata seorang lelaki dengan rambut yang mulai memutih.
                “Beberapa dari kalian sudah tampak tua dan lelah. Aku tahu, kalian seharusnya dibantu oleh beberapa pelayan yang lebih muda.” Ujar Luhan. “ Mulai besok carikan beberapa orang pelayan baru dan jika kalian ingin berhenti bekerja kalian bisa bicara padaku karena mulai saat ini aku akan tinggal di Korea,” jelas Luhan dengan ekspresi dingin.
                Semua pelayan yang ada di sana hanya bisa saling memandang satu sama lain.
                “Ah, iya. Tapi ingat, jangan mencari pelayan yang terlalu mudaitu akan sangat merepotkan” kata Luhan memperingatkan.
Lelaki itu mengambil sepotong daging dan memakannya. Ia sudah hampir lupa bagaimana cita rasa makanan Korea. Luhan sedikit menggerakkan lengannya yang kaku. Ah, benar-benar!
Luhan sedikit berdecak dan meletakkan sumpitnya dengan rapi. “Oh, apa kalian sudah menyiapkan air hangat untukku?” Luhan meletakkan tangannya di atas meja yang mengkilap.
                Seorang pelayan lelaki menjawab “Sudah, Tuan. Apa Tuan ingin mandi sekarang?”
“Ya, ototKurasanya ingin lepas semua” Luhan menepuk-nepuk bahunya.
Seorang ajjuma menaruh sebuah handuk warna putih yang bersih di samping Luhan.
                Luhan berdiri dari kursinya dan mengambil handuk itu. Ia berjalan ke arah kamar mandi yang ada di lantai dua. Kamar mandi itu langsung terakses dari kamarnya yang luas.
Luhan menoleh ke belakang dan berbicara pada seorang ajjuma yang bertugas memasak.
Ajjuma, aku benar-benar ingin makan tteoboki..”
Si ajjuma mengangguk pelan dan tersenyum. “Baiklah. Datanglah ke sini ketika sudah mandi..”
Luhan membalas senyum ajjuma itu dan berjalan ke lantai dua dengan handuk yang tersampir di bahu kirinya.
Ketika menaiki anak tangga, mata Luhan menangkap sesuatu. Sesuatu yang tak asing di matanya. Sebuah foto yang benar-benar berharga. Sebuah foto yang ia lupakan saat ia mengemas seluruh barang-barangnya ketika akan pergi ke China.
Sambil tersenyum kecil, Luhan meraih foto yang diletak di atas meja kecil di ruang tamu tersebut. Jarinya menyentuh kaca foto itu dengan lembut.
Hei, aku sudah pulang. Kau baik-baik saja, ‘kan? Aku sangat merindukanmu.
Luhan menarik napas panjang.
Di foto itu, dirinya tengah merangkul seorang gadis yang tak bisa ia lupakan. Gadis yang menjadi alasan mengapa ia kembali ke Korea. Gadis yang selalu menghantuinya dengan sinarnya yang menghangatkan.
Sudah dua tahun semenjak aku pergi dari Korea. Dan selama itu aku selalu merindukanmu. Setiap liburan saat musim berganti, aku selalu memikirkan dirimu. Mengingat semua hal yang pernah kita jalani bersama. Mengingat semua lelucon yang kau buat untukku. Mengingat setiap pelukan yang sungguh membuatku merasa hangat.
Apa kau masih tetap sama?
Dan.. apakah kau masih mencintaiku seperti dulu?
-TBC-

Next Chapter.
.
.
“Ada kalanya aku menyesal karena telah menyukaimu. Tapi aku tak pernah menyesal telah mengenal Sehun,”
.
.
.
.
“Aku sadar bahwa lelaki dan wanita tak akan pernah bisa jadi sepasang sahabat sejati, salah satu di antara mereka pasti ada yang menyimpan sebuah perasaan..”
.
.
.
.
Tolong mengertilah kalau aku mencintai Oh Sehun.
Aku bersamamu hanya untuk dekat dengannya, Chanyeol.
 Apa kau tak menyadarinya?
.
.
.

Break and Burn and End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar