Author : Muftonatul Aulia & Hanifah Harahap
Genre : Romantic, Friendzone, Memories, Angst, Drama
Length : Multichapter
Rating : General
Main Cast :
1. Park Chanyeol (21
th)
2.
Byun Baekhan(OC) (21 th)
3.
Byun Baekhyun (20 th)
4.
Oh Sehun (21 th)
Credit Poster: Gyuskaups@ Indo Fanfictions Arts
PLEASE, NO PLAGIAT! THIS STORY IS REAL FROM OUR MIND
DON’T BE A SIDERS GUYS
Fanfic ini juga kami publish di blog pribadi kami
parkjunjinchanchan.blogspot.co.id
Previous Chapter:
“Nuna, bangun!”
Baekhyun mengguncang bahu Baekhan dengan kasar hingga Baekhan terloncat
dari tidurnya seperti orang yang baru saja bangun dari sebuah mimpi buruk.
Baekhan memandang wajah adiknya dengan ekspresi kesal.
“Kau tahu sudah berapa lama kami
menunggumu di ruang musik itu? Ayo, ke sana! Chanyeol hyung sudah menungguu!” Baekhyun menarik tangan Baekhan dengan kuat
meskipun nuna-nya itu meronta-ronta.
“Mwo? Kau tidak lihat
pakaianku ini? Masa aku harus bertemu dengan Chanyeol dengan pakaian seperti
ini?!” kata Baekhan melepas genggaman tangan Baekhyun.
Baekhyun memperhatikan nuna-nya dengan seksama. Nuna-nya itu mengenakan celana jeans pendek dan kaos warna hitam tanpa
lengan.
“Ayolah. Dia juga mengerti kalau ini hampir musim panas!” kata Baekhyun
dengan kesal.
Baekhan merebahkan dirinya di atas kasur dan menarik selimut di dekatnya.
Ia menutupi semua badannya dengan selimut itu.
Oh, benar-benar keras kepala.
Baekhyun menghela napas dan berjalan ke arah lemari pakaian Baekhan dan
membukanya. Baekhyun melihat segala isi lemari yang rapi itu. Kemudian, ia
menarik sebuah cardi warna abu-abu
dan menutup lemari itu dengan kasar. Baekhyun lalu kembali berjalan ke arah
Baekhan dan melemparkan cardi itu
pada nuna-nya.
“Pakai saja itu,” ujar Baekhyun
dengan ekspresi datar.
Baekhan membuka selimutnya dan
melihat sebuah cardi warna abu-abu
sudah ada di atas badannya. Dengan kesal, Baekhan duduk dan buru-buru memakai cardi-nya itu dan sedikit merapikan
rambutnya. Ia meraih handphone-nya
yang kini tergeletak di samping bantal guling.
Dengan cepat, Baekhyun menarik
tangan nuna-nya menuruni kasur dan
berjalan menuju ruang musik. Baekhan hanya diam mengikuti Baekhyun.
“Ya, sudah berapa lama kalian menunggu?” tanya Baekhan.
“Dua jam dua puluh lima menit
empat puluh delapan detik,” jawab Baekhyun datar.
“Mwo?!” sontak Baekhan
melepaskan tangannya dari tangan Baekhyun.
“Sudah selama itu? Kenapa kamu
nggak bangunin aku dari tadi? Bagaimana aku jadinya di depan Chanyeol?” ujar
Baekhan dengan nada bingung. “Kalau begitu.. bilang saja sama Chanyeol kalau
aku mendadak sakit karena kau terlalu keras menendangku tadi,”
Baekhan kembali berjalan menuju
kasurnya yang empuk dengan langkah tergesa-gesa. Baekhyun menatap gadis berumur
21 tahun itu dengan heran. Namja itu
lalu kembali menghela napas panjang dan menyeret Baekhan keluar kamar dengan
paksa.
“Byun Baekhyun!!” teriak Baekhan
seraya melawan Baekhyun yang menyeretnya dengan kedua tangannya yang terasa
lembut di kulit putih Baekhan.
“Kau sangat menyebalkan!” ujar
Baekhyun keras.
Diam-diam Baekhan menyumpah
siapapun yang membuat kamar Baekhyun―yang sekarang menjadi ruang musik berada
di sebelah kamarnya. Baekhan bisa merasakan wajahnya menjadi panas karena
semakin dekat dengan ruangan itu. Gadis itu menutup matanya erat dan berhenti
meronta ketika Baekhyun membuka pintu ruang musik dengan agak keras.
Baekhan membuka matanya yang
bulat ketika Baekhyun melepaskan genggaman tangannya dengan kasar. Oh, dia
benar-benar merasa seperti sedang di culik sekarang. Dengan santai, Baekhyun menghempaskan
badannya ke sebuah sofa di dekat pianonya yang mengkilap karena selalu ia
bersihkan setiap minggu.
Chanyeol yang sedang berdiri di depan jendela ruangan yang cukup besar
saraya melihat taman belakang rumah mereka menoleh seketika. Lelaki jangkung
itupun tersenyum manis tatkala mendapati Baekhan sudah berada di ruangan ini.
Entah kenapa Baekhan merasa senyuman Chanyeol saat ini sungguh mengerikan.
Gadis itu menahan napasnya ketika Chanyeol berjalan mendekat ke arahnya.
“Ya. Apa kau ketiduran?” tanya Chanyeol. Ia mengacak pelan rambut
Baekhan. Chanyeol mendekatkan dirinya pada Baekhan. Ia menatap gadis itu dan
menyadari bahwa Baekhan sangat cantik dengan wajah setengah western-nya.
Baekhan mengangguk pelan. “Mian. Aku tadi membalas pesan dari Oh
Sehun sambil berbaring di kasurku dan berniat menemui kalian di sini, tapi
ternyata aku ketiduran. HAHAHA” ujar Baekhan dengan tawa yang sedikit
dipaksakan. Dia benar-benar malu dengan Chanyeol saat ini.
Chanyeol menaikan satu alisnya.
Sehun?
“Apa yang kalian berdua lakukan?” tanya Baekhyun dari ujung sana. Baekhan
sedikit melirik adiknya itu. “Hyung kau
bilang akan latihan bermain piano dengan gadis aneh itu..” kata Baekhyun dengan
ekspresi tanpa dosa.
“Ya! Apa katamu?” Baekhan sedikit
menghentakkan kakinya dan menancapkan pandangannya pada Baekhyun yang entah
kenapa tiba-tiba terkekeh sendiri seraya memeluk bantal sofa yang empuk. Dasar aneh..
Park Chanyeol tersenyum tipis dan berjalan menuju piano dan duduk dengan
tenang di kursinya. Lelaki itu
merengganglan kesepuluh jarinya dan bersiap untuk memainkan piano yang
merupakan hadiah ulang tahun Baekhyun ketika ia berusia 18 tahun.
“Kau suka musik jazz, ‘kan?”
tanya Chanyeol pada Baekhan.
Gadis itu sedikit menyeka rambutnya dan mengangguk pelan.
“Sama seperti Sehun. Dan karena kau berteman baik dengannya, kau pasti tahu
lagu Bewitched, Bothered, and Bewildered.
Apa kau bisa menyanyikannya?”
“Tentu aku bisa menyanyikannya!” jawab Baekhan dengan antusias.
Itu adalah lagu jazz pertama yang
ia dengarkan bersama Oh Sehun. Yang ia tahu, Sehun menyukai lagu itu. Kadang,
Sehun mengajaknya menyanyikan lagu itu saat latihan vokal.
Hei tunggu, kenapa Chanyeol tahu kalau Sehun juga suka musik jazz? Padahal setahunya mereka berdua
adalah dua namja populer yang
memiliki hubungan yang buruk. Dan apa hubungannya Sehun dengan kenyataan kalau
ia tahu lagu Tony Bennet itu? Apa Chanyeol juga menyukai lagu ini?
“Oke. Kalau begitu, mulailah
bernyanyi..” ujar Chanyeol sambil menyeret jarinya di atas tuts piano dengan lembut.
Baekhan menghela napas panjang
sebelum ia mulai bernyanyi. Kini, tengkuknya mulai merasakan udara dingin yang
dihasilkan AC di ruangan ini.
After one whole quart of brandy. Like a daisy, i’m awake with no Bromo-Seltzer
handy. I don’t even shake
Chanyeol melirik ke arah Baekhan
sambil terus memainkan piano. Suaranya benar-benar indah. Baekhyun yang duduk
di dekatnya juga memperhatikan nuna-nya
itu dengan seksama. Logat Inggris Baekhan benar-benar terasa karena ibunya
seorang warga Inggris yang menikah dengan ayahnya yang bermarga Byun.
Men are not a new sentation. I’ve done pretty well i think. But this
half-pint imitation put me on the blink
Baekhyun sedikit membuka matanya
dan melihat ke arah Chanyeol dan Baekhan. Permainan piano Chanyeol benar-benar
sempurna.
I’m wild again, beguiled again. A simpering, whimpering child again.
Bewitched, bothered, and bewildered – am i
Couldn’t
sleep and wouldn’t sleep when love came and told me, i shouldn’t sleep. Bewitched,
bothered, and bewildered – am i
Lost
my heart, but what of it. He is cold i agree he can laugh, but i love it.
Although the laugh’s on me
Oh, sekarang Chanyeol ikut bernyanyi bersama gadis itu. Baekhan menutup
matanya erat, menjiwai isi lagunya. Suara piano yang lembut mengiringi suara
emas Chanyeol dan Baekhan.
Baekhyun sedikit menganggukkan kepalanya. Terbenam dalam lembutnya lagu jazz yang banyak dicintai orang-orang
ini.
I’ll sing to him, each spring to him. And long, for the day when i’ll cling
to him. Bewitched, bothered, and bewildered – am i
He’s
a fool and don’t i know it? But a fool can have his charms. I’m in love and
don’t i show it Like a babe in arms?
Love’s
the same old sad sensation. Lately i’ve not slept a wink. Since this half-pint
imitation put me on the blink
I’ve
sinned a lot, i’m mean a lot. But i’m like sweet seventeen a lot. Bewitched,
bothered, and bewildered – am i
Terdengar suara engsel pintu
dibuka pelan.
Baekhyun menoleh ke arah pintu itu dengan wajah penasaran. Seketika,
Chanyeol menghentikan permainan piano dan nyanyiannya ketika ia melihat Nyonya Byun
sedang berdiri di depan pintu itu. Begitupun dengan Baekhan yang tampaknya
terheran-heran dengan keberadaan mom-nya.
Mata wanita itu berwarna keabuan dan sangat jernih. Wajah wanita itu sama
sekali bukan wajah Asian. Ia lahir
dan dibesarkan di Inggris hingga suatu hari mendapat beasiswa di Korea―entah bagaimana ia jatuh cinta pada seorang Byun Jaeseok
dan memutuskan untuk menikah dan tinggal di Korea.
“Sorry. But, it’s time for
dinner. Chanyeol, let’s take a dinner
with us” kata wanita bernama Bethany itu dengan lembut.
“Jinjja? Aku sudah kelaparan dari tadi. Ja.. kita makan malam bersama!” ucap Baekhyun kegirangan sambil
melonjak dari kursinya.
Chanyeol berdiri dan mengikuti
Baekhyun dari belakang. “Kajja,” kata
Chanyeol menarik tangan Baekhan yang berdiri tepat di depannya.
Baekhyun
mengambil sepotong daging dan melahapnya bersama nasi putih yang hangat.
“Byun Baekhyun, kau terlalu
banyak makan daging akhir-akhir ini” kata Nyonya Byun memperingatkan. Baekhyun
sedikit menggembungkan pipinya dan menatap mom-nya
yang duduk di depannya dengan rambut pirang yang diikat ke belakang.
“Mom, katanya anak tetangga sebelah gangguan jiwa, ya?” tanya
Baekhyun.
“Wae?” jawab Nyonya Byun antusias seraya menggertakkan sumpitnya.
“Jadi begini.. katanya tante
sebelah sering bertengkar dengan suaminya. Karena itulah anaknya menjadi sangat
tertekan berada di dalam rumah dan menjadi gangguan jiwa. Aku dengar kondisinya
sangat mengerikan sekarang!” Baekhyun sedikit mengecilkan volume suaranya.
“Really? Daebak... kenapa tak ada yang memberitahuku?” ucap Nyonya Byun
kesal.
Chanyeol memandangi Baekhyun dan
Nyonya Byun dengan alis yang sedikit terangkat. Jadi, sifat Baekhyun yang suka
menggosip ini diturunkan dari Nyonya Byun? Oh, benar-benar aneh!
Lelaki itu melirik ke arah Tuan Byun yang diam dan makan dengan tenang:
sama seperti Baekhan. Ah, kini dia tahu kenapa Baekhan lebih pendiam daripada
Baekhyun. Chanyeol tertawa dalam hati. Kedua kakak-adik ini memang aneh.
“Jadi, Chanyeol ini teman
Baekhan juga? Aku pikir kalian bukan teman karena Baekhan selalu menutup pintu
kamarnya ketika kau datang,” ujar Nyonya Byun tiba-tiba dengan bahasa Korea
yang baik. Ia menatap Chanyeol yang duduk di sebelah Baekhyun.
“Oh, mom...” desis Baekhan pelan sambil menyenggol Nyonya Byun.
“Haha.. Saat SMA, kelas kami
bersebelahan. Baekhyun juga selalu membicarakan keburukan Baekhan padaku,” Chanyeol sedikit terkekeh. Ia melihat
ke arah Baekhan yang duduk di depannya.
“Ya! Aku tak selalu membicarakan gadis aneh itu padamu, hyung” jawab Baekhyun memprotes seraya
menoleh ke samping kirinya.
Tuan Byun sedikit menoleh ke
arah Baekhyun. “Baekhyun, kamu sudah 20 tahun. Jangan membuat rumah ini menjadi
semakin berisik dengan Baekhan,” katanya tenang. Baekhan sedikit tersenyum
melihat adiknya itu dikritik ayahnya.
“Byun Baekhan punya suara yang bagus dan
berkarakter. I very love her voice. Well,
mungkin saja dia bisa menjadi penyanyi yang terkenal nantinya” puji
Chanyeol seraya tersenyum pada gadis itu.
Baekhyun melihat nuna-nya dengan
tajam. “AKurasa.. aku punya suara yang lebih bagus daripada Baekhan,” ujar
Baekhyun dengan bangga.
“Araseo. Kalau begitu,
nyanyikanlah satu lagu nanti” jawab Chanyeol dengan santai.
Nyonya Byun tersenyum kecil.
“Jadi Chanyeol.. kamu hanya tinggal bersama adik perempuanmu di Seoul?”
“Well. Dia tingkat 3 di Hannyoung High School” jawab Chanyeol
memperjelas.
“Hannyoung High School itu SMA
kalian dulu, ‘kan?” tanya Papa Byun tiba-tiba.
Baekhyun mengangguk pelan. “Adiknya Chanyeol hyung itu adik tingkatku,” katanya.
“Orangtua kalian dimana?” sambung lelaki yang mulai tua itu.
“Mereka di USA. Mereka mendapat
tugas dari perusahaan tempat mereka bekerja. Aku dan Seulwoo, adikku entah
kenapa tak begitu menyukai USA sehingga kami menetap di sini. Lagian waktu itu
aku akan mengikuti ujian masuk Universitas,” jawab Chanyeol.
“Aku baru tahu kau hanya tinggal
dengan adikmu,” timpal Baekhan sambil memakan makan malamnya.
Chanyeol tersenyum. “Wah,
menyedihkan sekali jadi Park Chanyeol. Padahal aku tahu semuanya tentangmu tapi
kau sama sekali tak tahu apa-apa tentangku, Baekhan” katanya lalu meneguk
minumannya dengan mata yang masih tertuju pada Baekhan.
A.. apa maksudmu?
-
-
Luhan
menginjakkan kakinya di depan sebuah rumah mewah bergaya Mediterania. Ia
memandang bagian luar itu dan melihat sama sekali tak ada perubahan yang
berarti selama ia tak berada di Korea. Pelayan-pelayannya benar-benar setia
mengurus rumah ini dengan baik.
“Mari Tuan, saya bawakan
kopernya..” kata seorang ajjuma yang
sangat ia kenal.
Luhan menyerahkan kopernya yang
berwarna hitam pada wanita itu dan melepaskan kacamata hitam yang ia kenakan.
Ia melihat jam tangannya. Oh, sudah waktunya makan malam dan sekarang dia
benar-benar lapar setelah perjalanannya dari China ke Korea.
“Ajjuma, apa kau memasak untukku?” tanya Luhan.
“Ne. Nyonya Han sudah memberitahu kalau Tuan akan sampai ke Korea
malam ini. Jadi kami menyiapkan makan
malam untuk Tuan..” jawab ajjuma.
“Jinjja?”
Luhan masuk ke rumah mewah itu dan berjalan menuju meja makan. Segala
barang-barang yang ada di dalam rumahnya sama sekali tidak berubah. Hanya
beberapa barang yang digeser ke tempat lain.
Kakinya berhenti ketika sampai
di meja makan yang lumayan besar. Dengan segala ukiran yang ada, meja itu
benar-benar mewah.
Seorang pelayan lelaki menarikkannya kursi dan menyuruhnya duduk dengan
hormat. Luhan tanpa basi-basi duduk dan menghadap ke arah makanan yang masih
hangat itu.
Seorang ajjuma menuangkannya segelas minuman segar dan meletakkannya di
samping Luhan. Ia melirik ke arah Luhan dan menyadari bahwa entah kenapa wajah
Tuannya ini semakin cantik.
“Wah, sudah lama sekali tidak
makan makanan seperti ini..” gumam Luhan seraya mengambil semangkuk nasi hangat
yang sudah tersedia.
Di sekelilingnya, berdiri
beberapa pelayan yang siap disuruh apa saja jika diperlukan Tuan mereka. Seperti
pelayan dan pangeran pada zaman-zaman kerajaan.
Luhan memandangi mereka satu per satu. “Apa selama kami di China, tak ada
pelayan baru yang masuk?” tanya Luhan.
“Tidak ada. Semua pelayan yang
ada di sini adalah pelayan lama, Tuan. Nyonya Han juga melarang ada pelayan
baru.” kata seorang lelaki dengan rambut yang mulai memutih.
“Beberapa dari kalian sudah
tampak tua dan lelah. Aku tahu, kalian seharusnya dibantu oleh beberapa pelayan
yang lebih muda.” Ujar Luhan. “ Mulai besok carikan beberapa orang pelayan baru
dan jika kalian ingin berhenti bekerja kalian bisa bicara padaku karena mulai
saat ini aku akan tinggal di Korea,” jelas Luhan dengan ekspresi dingin.
Semua pelayan yang ada di sana
hanya bisa saling memandang satu sama lain.
“Ah, iya. Tapi ingat, jangan mencari
pelayan yang terlalu muda―itu akan sangat merepotkan” kata Luhan memperingatkan.
Lelaki itu mengambil sepotong daging dan memakannya. Ia sudah hampir lupa
bagaimana cita rasa makanan Korea. Luhan sedikit menggerakkan lengannya yang
kaku. Ah, benar-benar!
Luhan sedikit berdecak dan meletakkan sumpitnya dengan rapi. “Oh, apa
kalian sudah menyiapkan air hangat untukku?” Luhan meletakkan tangannya di atas
meja yang mengkilap.
Seorang pelayan lelaki menjawab
“Sudah, Tuan. Apa Tuan ingin mandi sekarang?”
“Ya, ototKurasanya ingin lepas semua” Luhan menepuk-nepuk bahunya.
Seorang ajjuma menaruh sebuah handuk
warna putih yang bersih di samping Luhan.
Luhan berdiri dari kursinya dan
mengambil handuk itu. Ia berjalan ke arah kamar mandi yang ada di lantai dua.
Kamar mandi itu langsung terakses dari kamarnya yang luas.
Luhan menoleh ke belakang dan berbicara pada seorang ajjuma yang bertugas memasak.
“Ajjuma, aku benar-benar ingin
makan tteoboki..”
Si ajjuma mengangguk pelan dan
tersenyum. “Baiklah. Datanglah ke sini ketika sudah mandi..”
Luhan membalas senyum ajjuma itu
dan berjalan ke lantai dua dengan handuk yang tersampir di bahu kirinya.
Ketika menaiki anak tangga, mata Luhan menangkap sesuatu. Sesuatu yang tak
asing di matanya. Sebuah foto yang benar-benar berharga. Sebuah foto yang ia
lupakan saat ia mengemas seluruh barang-barangnya ketika akan pergi ke China.
Sambil tersenyum kecil, Luhan meraih foto yang diletak di atas meja kecil
di ruang tamu tersebut. Jarinya menyentuh kaca foto itu dengan lembut.
Hei, aku sudah pulang. Kau baik-baik saja,
‘kan? Aku sangat merindukanmu.
Luhan menarik napas panjang.
Di foto itu, dirinya tengah merangkul seorang gadis yang tak bisa ia
lupakan. Gadis yang menjadi alasan mengapa ia kembali ke Korea. Gadis yang
selalu menghantuinya dengan sinarnya yang menghangatkan.
Sudah dua tahun semenjak aku pergi dari
Korea. Dan selama itu aku selalu merindukanmu. Setiap liburan saat musim
berganti, aku selalu memikirkan dirimu. Mengingat semua hal yang pernah kita
jalani bersama. Mengingat semua lelucon yang kau buat untukku. Mengingat setiap
pelukan yang sungguh membuatku merasa hangat.
Apa kau masih tetap sama?
Dan.. apakah kau masih mencintaiku seperti
dulu?
-TBC-
Next Chapter.
.
.
“Ada
kalanya aku menyesal karena telah menyukaimu. Tapi aku tak pernah menyesal
telah mengenal Sehun,”
.
.
.
.
“Aku
sadar bahwa lelaki dan wanita tak akan pernah bisa jadi sepasang sahabat
sejati, salah satu di antara mereka pasti ada yang menyimpan sebuah perasaan..”
.
.
.
.
Tolong
mengertilah kalau aku mencintai Oh Sehun.
Aku
bersamamu hanya untuk dekat dengannya, Chanyeol.
Apa kau tak menyadarinya?
.
.
.
Break
and Burn and End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar