Chapter
1 – Sehun Eyes
Author: Muftonatul Aulia & Hanifah Harahap
Genre: Romantic, Friendzone, Memories, Angst, Drama
Length: Multichapter
Rating: General
Cast:
1. Park Chanyeol (21 th)
1. Park Chanyeol (21 th)
2. Byun
Baekhan(OC) (21 th)
3. Byun
Baekhyun (20 th)
4. Oh Sehun
(21 th)
5. Luhan (21
th)
6. Park
Seulwoo (19 th)
7. Do
Kyungsoo (20 th)
8. Zhang
Yixing (21 th)
9. Kim
Junmyeon (21 th)
10. Kim
Jongin (21 th)
Credit Poster: Gyuskaups@ Indo Fanfictions Arts
PLEASE, NO PLAGIAT! THIS STORY IS REAL FROM OUR MIND.
Baekhan
duduk menyendiri sambil memangku dua buah buku tebal. Gadis itu menyender pada
sebuah batang pohon tua yang sangat rindang di belakangnya. Rambutnya yang
berwarna coklat ditiup angin dengan pelan. Baekhan mengencangkan outer-nya yang berwarna coklat susu.
Lapangan di depannya tampak sangat sesak. Para yeoja yang berbau harum datang untuk melihat pertandingan basket
para namja yang memiliki wajah
tampan. Mereka meneriakkan nama-nama namja
tersebut dengan antusias. Baekhan menancapkan pandangannya pada seorang namja berkaus basket dengan nomor
punggung 61―entah kenapa Baekhan sedikit heran
dengan nomor itu.
Ia menahan jeritannya ketika namja
itu memasukan bola ke dalam keranjang dengan gaya yang sangat keren. Sama seperti dirinya, para yeoja yang ada di lapangan sontak
menjerit histeris. Chanyeol dengan polosnya meloncat-loncat kegirangan seperti
anak kecil di tengah lapangan dan semua orang tentu menyukai tingkahnya itu.
Teman-temannya yang lain mendekatinya dan mengacak-ngacak rambutnya yang
berwarna kehijauan. Baekhan tersenyum tipis memandangi pesta kemenangan itu.
Keadaan di lapangan semakin ramai setelahnya. Baekhan menghela
napas dan menaruh kedua telapak tangannya di atas buku tebal yang sedari tadi
ia pangku. Ia sudah menyukai Park Chanyeol sejak di bangku SMA. Mereka tidak
pernah satu kelas, tapi kelas mereka bersebelahan. Kadang Baekhan memandangi
Chanyeol yang sedang berlatih basket dari ujung koridor sekolah. Suatu
keajaiban baginya jika berpapasan dengan cowok yang bersahabat dengan adiknya,
Baekhyun. Bukan rahasia lagi jika banyak yeoja
di SMA-nya dulu suka pada Chanyeol. Bahkan di antara mereka ada yang
memberikan cowok itu hadiah dan surat cinta. Mereka meletakkannya di loker
Chanyeol.
Saat hari ulang tahun Chanyeol, loker Chanyeol akan penuh dengan
tumpukan hadiah, bunga dan kartu ucapan selamat dari para yeoja. Baekhan tak pernah memberinya hadiah maupun surat cinta.
Chanyeol selalu membawa semua barang-barang pemberian para yeoja ke rumahnya. Adik perempuannya, Park Seulwoo yang terkenal
cantik dan pintar itu sering membantu Chanyeol membawa semua hadiah-hadiah yang
ia dapatkan.
Terkadang Baekhan berpikir, dimana Chanyeol meletak semua
barang-barang itu? Jika diletakkan di kamarnya pasti sekarang sudah penuh,
‘kan? Apa semuanya Chanyeol buang? Ah, tidak mungkin. Itu semua pasti
barang-barang terbaik yang ada di kota Seoul.
Kadang Chanyeol berkunjung ke rumahnya dan bermain musik bersama
Baekhyun di ruang musik ataupun di halaman belakang rumah mereka yang luas.
Baekhan akan selalu berada di kamar sepanjang hari ketika Chanyeol datang ke
rumah mereka. Ia tak tahu harus memasang muka seperti apa ketika bertemu dengan
Chanyeol. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk menutupi perasaannya pada
Chanyeol dari Baekhyun. Akan menjadi gawat kalau adik lelakinya itu tahu.
Jangan bayangkan bahwa Baekhyun menjadi sahabat Chanyeol karena mereka
berdua sama-sama tampan, sama-sama populer, sama-sama keren―Baekhyun bukan orang seperti itu.
Mereka berdua adalah teman satu klub sejak SMA. Keduanya juga mengikuti klub
musik di kampus dan kebetulan atau tidak keduanya berada di jurusan yang sama:
seni. Baekhan selalu membayangkan Chanyeol yang tampan bersama dengan adiknya
yang terkadang entah kenapa bertingkah seperti perempuan itu. Mengerikan.
“Ya, nuna!” Baekhyun
mengguncang bahu Baekhan dengan keras. Suaranya benar-benar merengek seperti
seorang gadis kecil yang minta dibelikan boneka mainan. “Ah.. ne?” jawab Baekhan dengan cepat. Ia baru menyadari kalau adiknya yang berbeda 1 tahun dengannya itu berada di sampingnya sekarang. Ia terlalu banyak memikirkan namja bernama Chanyeol itu.
“Kau terlalu serius melihat pertandingan bola basket itu hingga
kau tak sadar aku berdiri di sampingmu sejak lima menit yang lalu,” Baekhyun
memasang wajah kesal lalu duduk di sebelah nuna-nya
dengan tenang dan meneguk minuman dinginnya.
“Siapa yang menang?” tanya Baekhyun.
“Bukankah kau punya mata? Kau bisa melihat di sana team Chanyeol
sedang ber-euforia”
“Jinjja? Wah, kali ini
Chanyeol hyung benar-benar
melakukannya dengan baik. Sehun hyung pasti
habis,” kata Baekhyun sambil terkekeh sendiri.
“Hubungannya Chanyeol dengan Sehun apa, sih?” tanya Baekhan sambil
memeluk lututnya. “Lagipula meskipun kalah, Sehun menampilkan yang terbaik.
Tidak kalah dengan Chanyeol,” Baekhan memiringkan kepalanya menunggu jawaban
Baekhyun, tapi sepertinya Baekhyun enggan menjawab. Ia mengambil sebuah buku
dari pangkuan nuna-nya.
“Ya, Baekhyunnie! Kau
ini sebenarnya namja atau yeoja? Kenapa jarimu lentik sekali? Coba
lihat, bahkan lebih lentik dari yang punyaku!” kata Baekhan seraya mendekatkan
telapak tangannya ke lengan adiknya.
Park Chanyeol melirik ke arah pohon rindang di sebelah timur.
Meskipun agak jauh, ia bisa melihat dengan jelas Baekhyun sedang bersama
seorang gadis yang memakai outer
warna coklat susu.
Apa
mungkin Baekhan? Ya, itu pasti Baekhan.
Baekhyun
tak pernah berdua bersama yeoja selain dengan nuna-nya itu.
Well, Baekhyun
memang memiliki banyak teman perempuan, tapi ia tak pernah berjalan berduaan
dengan salah satu dari mereka. Selalu beramai-ramai. Dan biasanya, Baekhyun
akan berjalan di tengah karena hanya dia sendiri yang namja di kelompok itu.
Entahlah kenapa, tapi Chanyeol rasa anak itu kurang kerjaan hingga
tak bisa melihat bahwa sangat banyak namja
di kampus ini yang bisa dijadikan teman dekat. Tapi Baekhyun selalu dapat
informasi terbaru karena ia suka sekali berkumpul bersama para yeoja dan bergosip bersama mereka.
Namja benomor
punggung 61 itupun melangkah membelah teman-temannya yang masih ber-euforia dan berjalan menuju pohon
rindang itu. Sesekali ia membenarkan rambutnya yang sedikit acak-acakan.
Chanyeol sedikit mengelap keringat yang ada di lehernya.
“Byun Baekhyun!”
Baekhan melepaskan tangannya
dari wajah Baekhyun lalu menoleh ke arah suara itu berasal. Park Chanyeol
berdiri di depan mereka berdua dengan tegap. Ia melingkarkan sebuah handuk
kecil berwarna biru tua di lehernya. Rambutnya tampak acak-acakan karena
berkeringat. Sebisa mungkin Baekhan menyembunyikan mukanya yang memerah.
“Ah, Chanyeol hyung!” Baekhyun membetulkan posisi
duduknya menjadi lebih tegap. Ia memegangi kedua pipinya yang memerah karena
dicubit oleh Baekhan yang kesal dengannya.
Chanyeol duduk di depan mereka dan meluruskan kakinya. Ia menaruh
kedua lengannya yang berotot di belakang untuk menahan badannya.
“Kau lihat pertandingannya
tadi?” tanya Chanyeol pada Baekhyun.
“Ani. Tapi aku tahu team hyung
menang dan Sehun hyung akan habis
segera,” Baekhyun sedikit terkekeh dan disusul juga dengan Chanyeol.
Baekhan hanya memandangi
Chanyeol dengan perasaan yang tak menentu. Jantungnya berdetak dengan sangat
kencang. Haruskah ia lari sekarang?
“Oh.. Byun Baekhan?” kata
Chanyeol sambil memandangi gadis itu dengan wajah yang tersenyum manis. Baekhan yang salah tingkah dibuatnya hanya
bisa tersenyum kikuk. Ah, pasti Baekhyun selalu berkeluh kesah pada Chanyeol
tentang Baekhan yang selalu bertingkah menyebalkan padanya!
“Kelas kita sewaktu SMA
bersebelahan, ‘kan? Aku pernah melihatmu sedang menunggu Baekhyun di ruang
musik sekolah kita. Wah kalian pasti akrab sekali ya,” ujar Chanyeol sambil
terkekeh sendiri. Sepertinya Chanyeol tahu kalau Baekhan tidak akrab dengan
adiknya itu. Bahkan, Baekhan merasa malas jika berada dekat-dekat dengan
Baekhyun.
Baekhan melirik ke arah Baekhyun
dengan tatapan yang sinis. Tanpa ia sadari, Baekhyun kembali menatapnya dengan
sinis. “Mwo?” kata Baekhyun dengan kasar.
“Ah, iya, Baekhyun! Bisa kau
mengirimiku nomor handphone Baekhan?―aku tidak memegang handhone sekarang,
handphone-ku ada di dalam tas. Kami
adalah teman seangkatan, tidak lucu kan kalau aku tidak punya nomor nuna-mu, ‘kan?” kata Chanyeol.
“Ne,” jawab Baekhyun merogoh handphone-nya
dan mengirim nomor handphone Baekhan
pada Chanyeol.
Pipi Baekhan bersemu merah.
Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya ia berbicara dengan Chanyeol dan lelaki
itu langsung saja meminta nomor handphone-nya.
HAHA! Ini sangat menyenangkan.
“Geundae, Baekhan... kenapa aku tak pernah melihatmu setiap kali aku
ke rumah kalian?” tanya Chanyeol tiba-tiba.
“Ah, itu aku.. aku kan tidak
nyaman kalau dekat-dekat dengan Baekhyun jadi aku selalu di kamarku kalau ada
temannya yang datang,” jawab Baekhan dengan nada tidak pasti.
“Omong kosong sekali! Bilang
saja kau tak berani bertemu dengan Chanyeol hyung,”
kata Baekhyun tiba-tiba seraya meneguk minuman dinginnya kembali.
Baekhan membelalakkan matanya melihat tingkah Baekhyun yang sangat
menyebalkan itu. Mukanya memerah. Rasanya ia mau meremas kepala adiknya itu
sekarang juga.
“Jinjja? Hahahaha..” Chanyeol tertawa lepas tanpa rasa bersalah.
Matanya menyipit. Ini kali pertama Baekhan menyaksikan Chanyeol tertawa dengan
jarak sedekat ini.
“Wae? Apa aku menyeramkan sehingga kau tak mau bertemu denganku?
Padahal kau termasuk salah satu preman perempuan di SMA dulu,” kekeh Chanyeol.
Membuat darah muda gadis itu naik hingga ke ubun-ubunnya.
“Oh.. Chanyeol hyung! Lihat, itu Sehun hyung! Dia sedang berjalan ke sini!”
kata Baekhyun seraya menunjuk ke arah Oh Sehun dengan dagunya yang lancip.
Baekhan mengela napas panjang. Kali ini, ia benar-benar
berterimakasih pada Baekhyun karena sudah menyelamatkannya dari ‘neraka’. Meskipun ia dan Baekhyun selalu bersama-sama
seumur hidup mereka, Baekhan masih merasa aneh dengan Baekhyun. Ia terkadang
bersikap menyebalkan dan juga terkadang bersikap seperti seorang yeoja, tetapi ada saatnya Baekhyun
berubah menjadi malaikat penyelamat hidup dirinya dan bersikap seperti seorang
lelaki dewasa.
Oh Sehun berjalan dengan tegap
ke arah Chanyeol yang sedang duduk dengan santai. Mata Sehun membulat ketika
mendapati rivalnya itu tengah bersama Baekhyun dan Baekhan. Rambut Sehun yang
berwarna coklat gelap itu melambai ditiup angin.
“Kenapa mukamu murung, kapten?
Apa karena team-mu kalah? Ah, kurang ajar sekali ya team si brengsek Chanyeol
sudah memporak-porandakan team Oh Sehun yang sangat kuat itu?” kata Chanyeol
seraya memiringkan kepalanya dan menatap Sehun dengan tatapan sinis.
Sehun melirik Chanyeol sebentar
dengan matanya yang terkesan dingin dan mengabaikan semua perkataan namja berambut kehijauan itu. Mata Sehun
melihat ke arah Baekhan yang menatap Chanyeol dan dirinya dengan heran. Sehun
tersenyum ke arah gadis mungil itu.
"Baekhan, ayo kita latihan vokal sekarang” kata Sehun.
“Eh? Bukannya pertandingan
basketmu baru selesai? Duduklah dulu di sini bersama kami. Kau harus
beristirahat dulu sebentar.” Baekhan tersenyum ke arah Sehun dengan ramah.
“Lagipula latihannya mulai tiga puluh menit lagi, ‘kan? Istirahatlah dulu
sekitar sepuluh menit. Kau sudah berjuang keras untuk team-mu tadi. Kalah
menang sudah biasa, ‘kan? Tapi kau benar-benar hebat tadi―sungguh” sambung gadis berambut lurus itu seraya menenangkan Sehun
dari kata-kata Chanyeol tadi.
Sehun tersenyum simpul. “Baekhan,
apa kau lupa lagi? Hari ini kau janji akan pergi denganku ke caffe setelah pertandinganku selesai,”
ujar Sehun memperjelas. Untunglah kemarin Baekhan berjanji padanya. Jika tidak,
ia terpaksa harus duduk di sini bersama Chanyeol. Benar-benar seperti di dalam
neraka.
“Ah, iya. Mian, aku lupa lagi..”
Baekhan memindahkan buku yang ia pangku ke pangkuan Baekhyun yang sedang
asyik meneguk minuman dinginnya. “Aku titip ya, Baekhyun? Taruh saja di atas
meja belajarku saat kau pulang nanti”
“Ya, Baekhannie!” kata
Baekhyun saat diri Baekhan sudah beranjak dari tempat duduknya semula. “Mau
kemana? Kau serius akan pergi dengan dia?”
“Mianhae.. Baekhyun,
Chanyeol. Aku ada janji dengan Sehun” kata Baekhan seraya menyampirkan tas di
bahunya.
Chanyeol menunduk dan tersenyum. Lalu ia mendongakkan wajahnya
yang tampan dan tersenyum.
“Ya, Baekhan. Semoga
kita bisa jadi teman dekat,” kata Chanyeol seraya mengulurkan tangannya pada
Baekhan. Ia menaikan satu alisnya, menunggu uluran tangan Baekhan. Gadis itu
tersenyum dengan hati yang berdebar-debar. Saat Baekhan ingin membalas uluran
tangan Chanyeol, Sehun menarik tangan gadis itu dengan kasar dan menuntunnya ke
arah utara.
“Eh? Sampai jumpa ya, kalian!!” kata Baekhan dengan langkah yang
tergesa-gesa mengikuti langkah kaki Sehun.
Sehun melirik ke belakang. Chanyeol masih memandang ke arah mereka
berdua. Ia bisa menangkap tatapan tajam Sehun padanya yang seakan berkata ‘Jangan dekati Baekhan jika kau mencintai
nyawamu, Chanyeol!’
“Menarik,” kata Chanyeol.
“Mwo? Baekhan menarik?” tanya Baekhyun dengan
ekspresi tak yakin. “Aku tak salah dengar, ‘kan? Gadis seperti Baekhan menarik?
Mengerikan.”
“Si brengsek itu pasti suka sama Baekhan sejak lama,” Chanyeol
menghempaskan tubuhnya ke atas rerumputan yang berwarna hijau segar. Ia menutup matanya. Kulitnya yang putih
benar-benar berkilau ketika sinar mentari tumpah ke atasnya.
“Mwo?!!”
Baekhan
memandang keluar caffe. Dari tempat
duduknya ini, Baekhan masih bisa melihat pohon rindang tempat ia, Baekhyun dan
Chanyeol berkumpul bersama tadi. Chanyeol dan Baekhyun masih berada di posisi
mereka. Baekhyun berbicara suatu hal pada Chanyeol yang membuatnya terkekeh
sendiri. Rambut Chanyeol yang sedikit berantakan itu tertiup angin. Sambil
menopang dagunya, Baekhan terus memandang Chanyeol dengan sejuta lamunannya.
Sehun menghampiri Baekhan yang
sedang melamun itu dengan tenang. Namja itu
membawa dua buah cocktail yang segar:
minuman kesukaan Baekhan. Sehun duduk di depan Baekhan dan menaruh sebuah gelas
di hadapan gadis bermata indah itu. Gadis itu sudah melepaskan outer-nya yang berwarna coklat susu dan
menaruhnya di punggung kursi. Kaos berlengan pendek itu sangat pas di badannya
yang mungil.
Sehun tersenyum melihat sebuah lukisan cantik di depannya. Ia
mengaduk minumannya. Sehun melirik ke depannya. Baekhan masih saja fokus pada
pemandangan di luar sana. Sesekali ia tersenyum tipis dengan mata yang masih
terpaku dan tak bergerak. Gadis itu bahkan tak menyadari kehadiran Sehun di
depannya.
Pandangan Sehun beralih mencari tahu apa yang sedang dilihat
Baekhan. Tak lama setelah mengedarkan pandangannya seperti seekor burung elang
yang tengah mencari mangsanya, Sehun akhirnya bisa melihat Baekhyun yang sedang
tertawa bersama Chanyeol di tempat mereka semula. Muka Sehun memanas. Sial,
kenapa ia bisa memilih tempat duduk di
sini?
“Ya, apa pemandangan di
luar sana lebih menarik daripada aku yang ada di hadapanmu?” ucap Sehun dengan nada yang terdengar sedang kesal.
Ada banyak hal yang ingin ia bicarakan pada Baekhan. Tapi entah
kenapa semuanya hilang dan tak ada lagi mood
untuk berbicara pada gadis mungil yang cantik itu.
“Eh?” Baekhan terenyak mendapati Sehun sudah duduk di hadapannya.
Ia melihat ke meja, dua buah cocktail sudah
ada di depannya. “Haha, mian! “ kata
Baekhan dengan senyum yang agak dipaksan.
Gadis itu mengaduk cocktail-nya
sambil tersenyum ke arah Sehun. Wajah Sehun sama sekali tidak berubah semenjak
mereka berteman baik saat SMA. Baekhan benar-benar mencintai setiap lekuk wajah
Sehun. Diam-diam Baekhan memuji suara yang dimiliki Sehun. Keduanya sama-sama
masuk ke dalam klub vokal saat mereka SMA tingkat 2.
Mereka menjadi dekat karena sama-sama menyukai musik bergenre jazz. Saat tingkat 3, keduanya berada di
kelas yang sama. Sehun duduk tepat di belakangnya. Ia tak menyangka jika Sehun
juga mengambil jurusan Business
Management di Seoul University, sama seperti dirinya.
Pada awal masa kuliah, Sehun mengajak Baekhan untuk bergabung ke
dalam klub vokal kampus. Baekhan yang mengetahui ada klub vokal di kampusnya
sangat antusias menanggapi ajakan Sehun. Tentu itu adalah salah satu dari
seribu cara Sehun untuk dekat dengan Baekhan yang diam-diam ia taksir sejak
hari pertama mereka masuk ke klub vokal SMA.
Baekhan menatap Sehun dengan tatapan kosong. Biasanya, Sehun
selalu mengajaknya bicara dengan gayanya yang riang dan seperti anak kecil yang
polos. Kenapa sekarang Sehun menjadi sangat pendiam? Apa Sehun marah karena ia
tak memperhatikan Sehun yang jelas berada di depannya dan lebih memperhatikan
Chanyeol yang sedang ada di ujung sana? Demi Tuhan, tiba-tiba ia merasa
bersalah.
“Ah, iya.. apa kau sudah mulai mengerjakan tugas liburan musim
panasmu?” tanya Baekhan mencoba mencairkan suasana.
Sehun yang sedang mengunyah cocktail-nya
sedikit bergeming. Ia mencoba mengembalikan mood-nya
yang rusak.
“Belum,” jawab Sehun setelah menelan cocktail-nya. “Kau bisa membantuku?”
“Ya, nilaimu kan lebih
tinggi dariku. Seharusnya aku yang meminta bantuanmu, Sehun!” Baekhan tertawa
kecil menanggapi permintaan Sehun. Matanya yang bulat itu menyipit sehingga
membuat Sehun merasa gemas dengan yeoja yang
ada di depannya kini.
“Geundae, kalau kau
memerlukan bantuanku datang saja kapanpun. Aku akan membantumu sebisaku, Sehun”
sambung Baekhan.
“Jinjja? Kalau begitu
aku akan terus meminta bantuanmu dan membuatmu kerepotan,” Sehun tersenyum
mengerutkan hidungnya.
“Silahkan saja.” Baekhan terkekeh
sendiri dengan mata yang menyipit.
Meja menjadi sedikit bergetar karena getaran dari handphone Sehun yang berada di sebelah
gelasnya. Sebuah pesan masuk. Sehun membuka handphone-nya
yang berwarna silver dan membaca
pesan singkat entah dari siapa.
Baekhan menikmati cocktail-nya
sambil sesekali melirik ke luar. Lagi-lagi matanya tertuju pada pohon rindang
di sebelah timur itu. Oh, kini Baekhyun dan Chanyeol sudah tak ada lagi di
sana. Kemana mereka?
“Baekhan, barusan ketua Soori kirim sms. Katanya latihan hari ini
dibatalkan.” Sehun meletakkan handphone-nya
di atas meja. Baekhan hanya diam seraya menatap Sehun dengan ekspresi muka yang
tampak kebingungan.
“Ah, padahal ini hari terakhir latihan vokal sebelum libur musim
panas..” kata Baekhan dengan wajah kesal. Gadis itu menyender pada punggung
kursi.
“Ah iya. Kau ingat Yixing dan Junmyeon, ‘kan?” tanya Sehun
tiba-tiba.
“Tentu saja aku ingat. Kemana mereka sekarang?” Gadis itu melonjak
dari punggung kursi dengan wajah yang kembali bersemangat. Ia sedikit
mencondongkan badannya ke arah meja.
Sehun tersenyum. “Bagaimana kalau kita berkumpul bersama mereka? Mereka
membentuk sebuah band yang biasa
manggung di beberapa caffe. Mungkin
kau bisa mencoba bernyanyi bersama mereka,”
Mata Baekhan berbinar mendengar ajakan Sehun. “Oh, tentu! Kapan?
Pasti sangat menyenangkan ya?!” Baekhan mulai mengandaikan semua hal yang
sedang ada di pikirannya. Sehun hanya terkekeh kecil melihat tingkah Baekhan.
Sehun tersenyum kecil. Bahagia sekali rasanya melihat Baekhan tersenyum sebegitu
bahagianya. “Bagaimana kalau kita pulang? Aku akan mengantarmu. Karena latihan
vokal dibatalkan, ada urusan yang harus aku lakukan” kata Sehun sambil
menjauhkan gelasnya yang tinggal berisi seperempat itu dari hadapannya.
Baekhan tertegun. Well, mungkin
Sehun memiliki beberapa pekerjaan untuk membantu ayahnya yang merupakan seorang
direktur perusahaan ternama di Korea Selatan. Karena Sehun anak lelaki yang
pandai dan kebetulan mengambil jurusan Business
Management, pastilah ayahnya mempercayakan beberapa hal yang berhubungan
dengan perusahaan pada Sehun.
“Kajja,” Baekhan
mengambil outer-nya dan menyampirkan
tas ke bahu kanannya. Keduanya lalu berjalan keluar caffe. Sehun berjalan di samping Baekhan seraya memainkan kunci
mobilnya.
“Kau ada urusan apa? Apa bersangkutan dengan perusahaan?” tanya
Baekhan memastikan hipotesisnya tadi.
“Ya, kau taulah. Ayahku mempercayakannya padaku,” jawab Sehun. “Ah
padahal aku tidak ingin terlalu bergantung padanya. Sejujurnya aku tidak ingin
saham perusahaan itu jadi milikku―aku
menolak keras-keras”
“Wae?”
“Caranya tidak sesuai dengan standarku,” Sehun tersenyum simpul
“Aku tidak ingin hanya menjadi orang yang menerima. Aku ingin berusaha keras
untuk mendapatkan semuanya seperti yang ayahku punya sekarang,”
Baekhan bertepuk tangan menyaksikan jawaban Sehun itu. “Wah,
Sehun. Memang benar, kau seorang pekerja keras. Pantaslah ayahmu sangat mempercayai
urusan perusahaan padamu.”
Sehun tertawa kecil. “Kau akan pergi kemana liburan ini?” tanya
Sehun sambil memiringkan kepalanya dan menghadap ke arah Baekhan yang berjalan
dengan anggun di sebelahnya.
“Hmm, kemana ya? Mungkin liburan ini aku dan Baekhyun tidak akan
pergi liburan bersama orangtua kami―mereka sangat
sibuk. Tapi aku juga nggak mau pergi berdua dengan Baekhyun yang menyebalkan
itu”
Sehun tertawa mendengar jawaban Baekhan. “Kau tak pernah dekat ya
dengan Baekhyun?” tanya Sehun.
“Entahlah. Padahal, waktu kecil dulu aku nggak mau main kalau
bukan sama Baekhyun. Tapi sekarang aku malah nggak mau berdekatan dengan dia.”
Baekhan tertawa sendiri mendengar jawabannya. Sangat konyol.
“Ya.. ku rasa memang sedikit repot mempunyai adik seperti dia,”
kata Sehun.
“Sehun, kau juga berpendapat seperti itu, ‘kan? Wah, kita berdua
memang benar-benar satu pikiran!” ucap Baekhan sambil mengepalkan kedua
tangannya di depan badannya yang mungil.
Sehun melirik Baekhan dengan pandangan yang lembut. “Aku sudah
lama ingin mengajakmu ke villa-ku. Kau mau ke sana saat liburan musim panas
nanti? Villanya dekat dengan pantai. Benar-benar bagus. Kau pasti suka,” ajak
Sehun.
“Hm, selama tidak ada Baekhyun tak masalah” ujar Baekhan setengah
bercanda.
Baekhan menoleh ke arah Sehun yang tampak begitu bersinar di bawah
sinar matahari. Entah kenapa, hatinya selalu merasa nyaman jika ia sedang
bersama Sehun dimanapun dan kapanpun. Baekhan melihat ke bawah. Kakinya dan
kaki Sehun melangkah secara bersamaan, seirama.
“Ya, ada apa denganmu?”
tanya Sehun sambil merangkul Baekhan dengan lembut. Seperti biasanya, rangkulan
yang begitu hangat. Baekhan menggelengkan kepalanya sambil menatap mata Sehun
yang sejuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar