Senin, 21 Desember 2015

EXO Fanfiction - [Summer: Mirage] Chapter 1

Chapter 1 – Sehun Eyes


Author: Muftonatul Aulia & Hanifah Harahap
Genre: Romantic, Friendzone, Memories, Angst, Drama
Length: Multichapter
Rating: General
Cast: 
                1. Park Chanyeol (21 th)                                               
                2. Byun Baekhan(OC) (21 th)
                3. Byun Baekhyun (20 th)
                4. Oh Sehun (21 th)
                5. Luhan (21 th)
                6. Park Seulwoo (19 th)
                7. Do Kyungsoo (20 th)
                8. Zhang Yixing (21 th)
                9. Kim Junmyeon (21 th)
                10. Kim Jongin (21 th)

Credit Poster: Gyuskaups@ Indo Fanfictions Arts
PLEASE, NO PLAGIAT! THIS STORY IS REAL FROM OUR MIND.





Baekhan duduk menyendiri sambil memangku dua buah buku tebal. Gadis itu menyender pada sebuah batang pohon tua yang sangat rindang di belakangnya. Rambutnya yang berwarna coklat ditiup angin dengan pelan. Baekhan mengencangkan outer-nya yang berwarna coklat susu. Lapangan di depannya tampak sangat sesak. Para yeoja yang berbau harum datang untuk melihat pertandingan basket para namja yang memiliki wajah tampan. Mereka meneriakkan nama-nama namja tersebut dengan antusias. Baekhan menancapkan pandangannya pada seorang namja berkaus basket dengan nomor punggung 61entah kenapa Baekhan sedikit heran dengan nomor itu.
Ia menahan jeritannya ketika namja itu memasukan bola ke dalam keranjang dengan gaya yang sangat keren.  Sama seperti dirinya, para yeoja yang ada di lapangan sontak menjerit histeris. Chanyeol dengan polosnya meloncat-loncat kegirangan seperti anak kecil di tengah lapangan dan semua orang tentu menyukai tingkahnya itu. Teman-temannya yang lain mendekatinya dan mengacak-ngacak rambutnya yang berwarna kehijauan. Baekhan tersenyum tipis memandangi pesta kemenangan itu.
Keadaan di lapangan semakin ramai setelahnya. Baekhan menghela napas dan menaruh kedua telapak tangannya di atas buku tebal yang sedari tadi ia pangku. Ia sudah menyukai Park Chanyeol sejak di bangku SMA. Mereka tidak pernah satu kelas, tapi kelas mereka bersebelahan. Kadang Baekhan memandangi Chanyeol yang sedang berlatih basket dari ujung koridor sekolah. Suatu keajaiban baginya jika berpapasan dengan cowok yang bersahabat dengan adiknya, Baekhyun. Bukan rahasia lagi jika banyak yeoja di SMA-nya dulu suka pada Chanyeol. Bahkan di antara mereka ada yang memberikan cowok itu hadiah dan surat cinta. Mereka meletakkannya di loker Chanyeol.
Saat hari ulang tahun Chanyeol, loker Chanyeol akan penuh dengan tumpukan hadiah, bunga dan kartu ucapan selamat dari para yeoja. Baekhan tak pernah memberinya hadiah maupun surat cinta. Chanyeol selalu membawa semua barang-barang pemberian para yeoja ke rumahnya. Adik perempuannya, Park Seulwoo yang terkenal cantik dan pintar itu sering membantu Chanyeol membawa semua hadiah-hadiah yang ia dapatkan.
Terkadang Baekhan berpikir, dimana Chanyeol meletak semua barang-barang itu? Jika diletakkan di kamarnya pasti sekarang sudah penuh, ‘kan? Apa semuanya Chanyeol buang? Ah, tidak mungkin. Itu semua pasti barang-barang terbaik yang ada di kota Seoul.
Kadang Chanyeol berkunjung ke rumahnya dan bermain musik bersama Baekhyun di ruang musik ataupun di halaman belakang rumah mereka yang luas. Baekhan akan selalu berada di kamar sepanjang hari ketika Chanyeol datang ke rumah mereka. Ia tak tahu harus memasang muka seperti apa ketika bertemu dengan Chanyeol. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk menutupi perasaannya pada Chanyeol dari Baekhyun. Akan menjadi gawat kalau adik lelakinya itu tahu.
Jangan bayangkan bahwa Baekhyun menjadi sahabat Chanyeol karena mereka berdua sama-sama tampan, sama-sama populer, sama-sama kerenBaekhyun bukan orang seperti itu. Mereka berdua adalah teman satu klub sejak SMA. Keduanya juga mengikuti klub musik di kampus dan kebetulan atau tidak keduanya berada di jurusan yang sama: seni. Baekhan selalu membayangkan Chanyeol yang tampan bersama dengan adiknya yang terkadang entah kenapa bertingkah seperti perempuan itu. Mengerikan.
       “Ya, nuna!” Baekhyun mengguncang bahu Baekhan dengan keras. Suaranya benar-benar merengek seperti seorang gadis kecil yang minta dibelikan boneka mainan. 
          “Ah.. ne?” jawab Baekhan dengan cepat. Ia baru menyadari kalau adiknya yang berbeda 1 tahun dengannya itu berada di sampingnya sekarang. Ia terlalu banyak memikirkan namja bernama Chanyeol itu.
“Kau terlalu serius melihat pertandingan bola basket itu hingga kau tak sadar aku berdiri di sampingmu sejak lima menit yang lalu,” Baekhyun memasang wajah kesal lalu duduk di sebelah nuna-nya dengan tenang dan meneguk minuman dinginnya.
“Siapa yang menang?” tanya Baekhyun.
“Bukankah kau punya mata? Kau bisa melihat di sana team Chanyeol sedang ber-euforia
Jinjja? Wah, kali ini Chanyeol hyung benar-benar melakukannya dengan baik. Sehun hyung pasti habis,” kata Baekhyun sambil terkekeh sendiri.
“Hubungannya Chanyeol dengan Sehun apa, sih?” tanya Baekhan sambil memeluk lututnya. “Lagipula meskipun kalah, Sehun menampilkan yang terbaik. Tidak kalah dengan Chanyeol,” Baekhan memiringkan kepalanya menunggu jawaban Baekhyun, tapi sepertinya Baekhyun enggan menjawab. Ia mengambil sebuah buku dari pangkuan nuna-nya.
Ya, Baekhyunnie! Kau ini sebenarnya namja atau yeoja? Kenapa jarimu lentik sekali? Coba lihat, bahkan lebih lentik dari yang punyaku!” kata Baekhan seraya mendekatkan telapak tangannya ke lengan adiknya.
Park Chanyeol melirik ke arah pohon rindang di sebelah timur. Meskipun agak jauh, ia bisa melihat dengan jelas Baekhyun sedang bersama seorang gadis yang memakai outer warna coklat susu.

Apa mungkin Baekhan? Ya, itu pasti Baekhan.
Baekhyun tak pernah berdua bersama yeoja selain dengan nuna-nya itu.

Well, Baekhyun memang memiliki banyak teman perempuan, tapi ia tak pernah berjalan berduaan dengan salah satu dari mereka. Selalu beramai-ramai. Dan biasanya, Baekhyun akan berjalan di tengah karena hanya dia sendiri yang namja di kelompok itu.
Entahlah kenapa, tapi Chanyeol rasa anak itu kurang kerjaan hingga tak bisa melihat bahwa sangat banyak namja di kampus ini yang bisa dijadikan teman dekat. Tapi Baekhyun selalu dapat informasi terbaru karena ia suka sekali berkumpul bersama para yeoja dan bergosip bersama mereka.
Namja benomor punggung 61 itupun melangkah membelah teman-temannya yang masih ber-euforia dan berjalan menuju pohon rindang itu. Sesekali ia membenarkan rambutnya yang sedikit acak-acakan. Chanyeol sedikit mengelap keringat yang ada di lehernya.
“Byun Baekhyun!”
             Baekhan melepaskan tangannya dari wajah Baekhyun lalu menoleh ke arah suara itu berasal. Park Chanyeol berdiri di depan mereka berdua dengan tegap. Ia melingkarkan sebuah handuk kecil berwarna biru tua di lehernya. Rambutnya tampak acak-acakan karena berkeringat. Sebisa mungkin Baekhan menyembunyikan mukanya yang memerah.
         “Ah, Chanyeol hyung!” Baekhyun membetulkan posisi duduknya menjadi lebih tegap. Ia memegangi kedua pipinya yang memerah karena dicubit oleh Baekhan yang kesal dengannya.
Chanyeol duduk di depan mereka dan meluruskan kakinya. Ia menaruh kedua lengannya yang berotot di belakang untuk menahan badannya.
             “Kau lihat pertandingannya tadi?” tanya Chanyeol pada Baekhyun.
          Ani. Tapi aku tahu team hyung menang dan Sehun hyung akan habis segera,” Baekhyun sedikit terkekeh dan disusul juga dengan Chanyeol.
          Baekhan hanya memandangi Chanyeol dengan perasaan yang tak menentu. Jantungnya berdetak dengan sangat kencang. Haruskah ia lari sekarang?
         “Oh.. Byun Baekhan?” kata Chanyeol sambil memandangi gadis itu dengan wajah yang tersenyum manis.  Baekhan yang salah tingkah dibuatnya hanya bisa tersenyum kikuk. Ah, pasti Baekhyun selalu berkeluh kesah pada Chanyeol tentang Baekhan yang selalu bertingkah menyebalkan padanya!
         “Kelas kita sewaktu SMA bersebelahan, ‘kan? Aku pernah melihatmu sedang menunggu Baekhyun di ruang musik sekolah kita. Wah kalian pasti akrab sekali ya,” ujar Chanyeol sambil terkekeh sendiri. Sepertinya Chanyeol tahu kalau Baekhan tidak akrab dengan adiknya itu. Bahkan, Baekhan merasa malas jika berada dekat-dekat dengan Baekhyun.
           Baekhan melirik ke arah Baekhyun dengan tatapan yang sinis. Tanpa ia sadari, Baekhyun kembali menatapnya dengan sinis. “Mwo?”  kata Baekhyun dengan kasar.
          “Ah, iya, Baekhyun! Bisa kau mengirimiku nomor handphone Baekhan?aku tidak memegang handhone sekarang, handphone-ku ada di dalam tas. Kami adalah teman seangkatan, tidak lucu kan kalau aku tidak punya nomor nuna-mu, ‘kan?” kata Chanyeol.
         Ne,” jawab Baekhyun merogoh handphone-nya dan mengirim nomor handphone Baekhan pada Chanyeol.
         Pipi Baekhan bersemu merah. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya ia berbicara dengan Chanyeol dan lelaki itu langsung saja meminta nomor handphone-nya. HAHA! Ini sangat menyenangkan.
           Geundae, Baekhan... kenapa aku tak pernah melihatmu setiap kali aku ke rumah kalian?” tanya Chanyeol tiba-tiba.
            “Ah, itu aku.. aku kan tidak nyaman kalau dekat-dekat dengan Baekhyun jadi aku selalu di kamarku kalau ada temannya yang datang,” jawab Baekhan dengan nada tidak pasti.
          “Omong kosong sekali! Bilang saja kau tak berani bertemu dengan Chanyeol hyung,” kata Baekhyun tiba-tiba seraya meneguk minuman dinginnya kembali.
Baekhan membelalakkan matanya melihat tingkah Baekhyun yang sangat menyebalkan itu. Mukanya memerah. Rasanya ia mau meremas kepala adiknya itu sekarang juga.
          Jinjja? Hahahaha..” Chanyeol tertawa lepas tanpa rasa bersalah. Matanya menyipit. Ini kali pertama Baekhan menyaksikan Chanyeol tertawa dengan jarak sedekat ini.
          Wae? Apa aku menyeramkan sehingga kau tak mau bertemu denganku? Padahal kau termasuk salah satu preman perempuan di SMA dulu,” kekeh Chanyeol. Membuat darah muda gadis itu naik hingga ke ubun-ubunnya.
          “Oh.. Chanyeol hyung! Lihat, itu Sehun hyung! Dia sedang berjalan ke sini!” kata Baekhyun seraya menunjuk ke arah Oh Sehun dengan dagunya yang lancip.
Baekhan mengela napas panjang. Kali ini, ia benar-benar berterimakasih pada Baekhyun karena sudah menyelamatkannya dari ‘neraka’.  Meskipun ia dan Baekhyun selalu bersama-sama seumur hidup mereka, Baekhan masih merasa aneh dengan Baekhyun. Ia terkadang bersikap menyebalkan dan juga terkadang bersikap seperti seorang yeoja, tetapi ada saatnya Baekhyun berubah menjadi malaikat penyelamat hidup dirinya dan bersikap seperti seorang lelaki dewasa.
          Oh Sehun berjalan dengan tegap ke arah Chanyeol yang sedang duduk dengan santai. Mata Sehun membulat ketika mendapati rivalnya itu tengah bersama Baekhyun dan Baekhan. Rambut Sehun yang berwarna coklat gelap itu melambai ditiup angin.
          “Kenapa mukamu murung, kapten? Apa karena team-mu kalah? Ah, kurang ajar sekali ya team si brengsek Chanyeol sudah memporak-porandakan team Oh Sehun yang sangat kuat itu?” kata Chanyeol seraya memiringkan kepalanya dan menatap Sehun dengan tatapan sinis.
         Sehun melirik Chanyeol sebentar dengan matanya yang terkesan dingin dan mengabaikan semua perkataan namja berambut kehijauan itu. Mata Sehun melihat ke arah Baekhan yang menatap Chanyeol dan dirinya dengan heran. Sehun tersenyum ke arah gadis mungil itu.
          "Baekhan, ayo kita latihan vokal sekarang” kata Sehun.
          “Eh? Bukannya pertandingan basketmu baru selesai? Duduklah dulu di sini bersama kami. Kau harus beristirahat dulu sebentar.” Baekhan tersenyum ke arah Sehun dengan ramah. “Lagipula latihannya mulai tiga puluh menit lagi, ‘kan? Istirahatlah dulu sekitar sepuluh menit. Kau sudah berjuang keras untuk team-mu tadi. Kalah menang sudah biasa, ‘kan? Tapi kau benar-benar hebat tadisungguh” sambung gadis berambut lurus itu seraya menenangkan Sehun dari kata-kata Chanyeol tadi.
            Sehun tersenyum simpul. “Baekhan, apa kau lupa lagi? Hari ini kau janji akan pergi denganku ke caffe setelah pertandinganku selesai,” ujar Sehun memperjelas. Untunglah kemarin Baekhan berjanji padanya. Jika tidak, ia terpaksa harus duduk di sini bersama Chanyeol. Benar-benar seperti di dalam neraka.
          “Ah, iya. Mian, aku lupa lagi..”  Baekhan memindahkan buku yang ia pangku ke pangkuan Baekhyun yang sedang asyik meneguk minuman dinginnya. “Aku titip ya, Baekhyun? Taruh saja di atas meja belajarku saat kau pulang nanti”
Ya, Baekhannie!” kata Baekhyun saat diri Baekhan sudah beranjak dari tempat duduknya semula. “Mau kemana? Kau serius akan pergi dengan dia?”
Mianhae.. Baekhyun, Chanyeol. Aku ada janji dengan Sehun” kata Baekhan seraya menyampirkan tas di bahunya.
Chanyeol menunduk dan tersenyum. Lalu ia mendongakkan wajahnya yang tampan dan tersenyum.
Ya, Baekhan. Semoga kita bisa jadi teman dekat,” kata Chanyeol seraya mengulurkan tangannya pada Baekhan. Ia menaikan satu alisnya, menunggu uluran tangan Baekhan. Gadis itu tersenyum dengan hati yang berdebar-debar. Saat Baekhan ingin membalas uluran tangan Chanyeol, Sehun menarik tangan gadis itu dengan kasar dan menuntunnya ke arah utara.
“Eh? Sampai jumpa ya, kalian!!” kata Baekhan dengan langkah yang tergesa-gesa mengikuti langkah kaki Sehun.
Sehun melirik ke belakang. Chanyeol masih memandang ke arah mereka berdua. Ia bisa menangkap tatapan tajam Sehun padanya yang seakan berkata ‘Jangan dekati Baekhan jika kau mencintai nyawamu, Chanyeol!’
“Menarik,” kata Chanyeol.
Mwo?  Baekhan menarik?” tanya Baekhyun dengan ekspresi tak yakin. “Aku tak salah dengar, ‘kan? Gadis seperti Baekhan menarik? Mengerikan.”
“Si brengsek itu pasti suka sama Baekhan sejak lama,” Chanyeol menghempaskan tubuhnya ke atas rerumputan yang berwarna hijau segar.  Ia menutup matanya. Kulitnya yang putih benar-benar berkilau ketika sinar mentari tumpah ke atasnya.
Mwo?!!” 



Baekhan memandang keluar caffe. Dari tempat duduknya ini, Baekhan masih bisa melihat pohon rindang tempat ia, Baekhyun dan Chanyeol berkumpul bersama tadi. Chanyeol dan Baekhyun masih berada di posisi mereka. Baekhyun berbicara suatu hal pada Chanyeol yang membuatnya terkekeh sendiri. Rambut Chanyeol yang sedikit berantakan itu tertiup angin. Sambil menopang dagunya, Baekhan terus memandang Chanyeol dengan sejuta lamunannya.
                Sehun menghampiri Baekhan yang sedang melamun itu dengan tenang. Namja itu membawa dua buah cocktail yang segar: minuman kesukaan Baekhan. Sehun duduk di depan Baekhan dan menaruh sebuah gelas di hadapan gadis bermata indah itu. Gadis itu sudah melepaskan outer-nya yang berwarna coklat susu dan menaruhnya di punggung kursi. Kaos berlengan pendek itu sangat pas di badannya yang mungil.
Sehun tersenyum melihat sebuah lukisan cantik di depannya. Ia mengaduk minumannya. Sehun melirik ke depannya. Baekhan masih saja fokus pada pemandangan di luar sana. Sesekali ia tersenyum tipis dengan mata yang masih terpaku dan tak bergerak. Gadis itu bahkan tak menyadari kehadiran Sehun di depannya.
Pandangan Sehun beralih mencari tahu apa yang sedang dilihat Baekhan. Tak lama setelah mengedarkan pandangannya seperti seekor burung elang yang tengah mencari mangsanya, Sehun akhirnya bisa melihat Baekhyun yang sedang tertawa bersama Chanyeol di tempat mereka semula. Muka Sehun memanas. Sial, kenapa ia bisa memilih  tempat duduk di sini?
Ya, apa pemandangan di luar sana lebih menarik daripada aku yang ada di hadapanmu?” ucap Sehun  dengan nada yang terdengar sedang kesal.
Ada banyak hal yang ingin ia bicarakan pada Baekhan. Tapi entah kenapa semuanya hilang dan tak ada lagi mood untuk berbicara pada gadis mungil yang cantik itu.
“Eh?” Baekhan terenyak mendapati Sehun sudah duduk di hadapannya. Ia melihat ke meja, dua buah cocktail sudah ada di depannya. “Haha, mian! “ kata Baekhan dengan senyum yang agak dipaksan.
Gadis itu mengaduk cocktail-nya sambil tersenyum ke arah Sehun. Wajah Sehun sama sekali tidak berubah semenjak mereka berteman baik saat SMA. Baekhan benar-benar mencintai setiap lekuk wajah Sehun. Diam-diam Baekhan memuji suara yang dimiliki Sehun. Keduanya sama-sama masuk ke dalam klub vokal saat mereka SMA tingkat 2.
Mereka menjadi dekat karena sama-sama menyukai musik bergenre jazz. Saat tingkat 3, keduanya berada di kelas yang sama. Sehun duduk tepat di belakangnya. Ia tak menyangka jika Sehun juga mengambil jurusan Business Management di Seoul University, sama seperti dirinya.
Pada awal masa kuliah, Sehun mengajak Baekhan untuk bergabung ke dalam klub vokal kampus. Baekhan yang mengetahui ada klub vokal di kampusnya sangat antusias menanggapi ajakan Sehun. Tentu itu adalah salah satu dari seribu cara Sehun untuk dekat dengan Baekhan yang diam-diam ia taksir sejak hari pertama mereka masuk ke klub vokal SMA.
Baekhan menatap Sehun dengan tatapan kosong. Biasanya, Sehun selalu mengajaknya bicara dengan gayanya yang riang dan seperti anak kecil yang polos. Kenapa sekarang Sehun menjadi sangat pendiam? Apa Sehun marah karena ia tak memperhatikan Sehun yang jelas berada di depannya dan lebih memperhatikan Chanyeol yang sedang ada di ujung sana? Demi Tuhan, tiba-tiba ia merasa bersalah.
“Ah, iya.. apa kau sudah mulai mengerjakan tugas liburan musim panasmu?” tanya Baekhan mencoba mencairkan suasana.
Sehun yang sedang mengunyah cocktail-nya sedikit bergeming. Ia mencoba mengembalikan mood-nya yang rusak.
“Belum,” jawab Sehun setelah menelan cocktail-nya. “Kau bisa membantuku?”
Ya, nilaimu kan lebih tinggi dariku. Seharusnya aku yang meminta bantuanmu, Sehun!” Baekhan tertawa kecil menanggapi permintaan Sehun. Matanya yang bulat itu menyipit sehingga membuat Sehun merasa gemas dengan yeoja yang ada di depannya kini.
Geundae, kalau kau memerlukan bantuanku datang saja kapanpun. Aku akan membantumu sebisaku, Sehun” sambung Baekhan.
Jinjja? Kalau begitu aku akan terus meminta bantuanmu dan membuatmu kerepotan,” Sehun tersenyum mengerutkan hidungnya.
“Silahkan saja.”  Baekhan terkekeh sendiri dengan mata yang menyipit.
Meja menjadi sedikit bergetar karena getaran dari handphone Sehun yang berada di sebelah gelasnya. Sebuah pesan masuk. Sehun membuka handphone-nya yang berwarna silver dan membaca pesan singkat entah dari siapa.
Baekhan menikmati cocktail-nya sambil sesekali melirik ke luar. Lagi-lagi matanya tertuju pada pohon rindang di sebelah timur itu. Oh, kini Baekhyun dan Chanyeol sudah tak ada lagi di sana. Kemana mereka?
“Baekhan, barusan ketua Soori kirim sms. Katanya latihan hari ini dibatalkan.” Sehun meletakkan handphone-nya di atas meja. Baekhan hanya diam seraya menatap Sehun dengan ekspresi muka yang tampak kebingungan.  
“Ah, padahal ini hari terakhir latihan vokal sebelum libur musim panas..” kata Baekhan dengan wajah kesal. Gadis itu menyender pada punggung kursi.
“Ah iya. Kau ingat Yixing dan Junmyeon, ‘kan?” tanya Sehun tiba-tiba.
“Tentu saja aku ingat. Kemana mereka sekarang?” Gadis itu melonjak dari punggung kursi dengan wajah yang kembali bersemangat. Ia sedikit mencondongkan badannya ke arah meja.
Sehun tersenyum. “Bagaimana kalau kita berkumpul bersama mereka? Mereka membentuk sebuah band yang biasa manggung di beberapa caffe. Mungkin kau bisa mencoba bernyanyi bersama mereka,”
Mata Baekhan berbinar mendengar ajakan Sehun. “Oh, tentu! Kapan? Pasti sangat menyenangkan ya?!” Baekhan mulai mengandaikan semua hal yang sedang ada di pikirannya. Sehun hanya terkekeh kecil melihat tingkah Baekhan.
Sehun tersenyum kecil. Bahagia sekali rasanya  melihat Baekhan tersenyum sebegitu bahagianya. “Bagaimana kalau kita pulang? Aku akan mengantarmu. Karena latihan vokal dibatalkan, ada urusan yang harus aku lakukan” kata Sehun sambil menjauhkan gelasnya yang tinggal berisi seperempat itu dari hadapannya.
Baekhan tertegun. Well, mungkin Sehun memiliki beberapa pekerjaan untuk membantu ayahnya yang merupakan seorang direktur perusahaan ternama di Korea Selatan. Karena Sehun anak lelaki yang pandai dan kebetulan mengambil jurusan Business Management, pastilah ayahnya mempercayakan beberapa hal yang berhubungan dengan perusahaan pada Sehun.
Kajja,” Baekhan mengambil outer-nya dan menyampirkan tas ke bahu kanannya. Keduanya lalu berjalan keluar caffe. Sehun berjalan di samping Baekhan seraya memainkan kunci mobilnya.
“Kau ada urusan apa? Apa bersangkutan dengan perusahaan?” tanya Baekhan memastikan hipotesisnya tadi.
“Ya, kau taulah. Ayahku mempercayakannya padaku,” jawab Sehun. “Ah padahal aku tidak ingin terlalu bergantung padanya. Sejujurnya aku tidak ingin saham perusahaan itu jadi milikkuaku menolak keras-keras”
Wae?
“Caranya tidak sesuai dengan standarku,” Sehun tersenyum simpul “Aku tidak ingin hanya menjadi orang yang menerima. Aku ingin berusaha keras untuk mendapatkan semuanya seperti yang ayahku punya sekarang,”
Baekhan bertepuk tangan menyaksikan jawaban Sehun itu. “Wah, Sehun. Memang benar, kau seorang pekerja keras. Pantaslah ayahmu sangat mempercayai urusan perusahaan padamu.”
Sehun tertawa kecil. “Kau akan pergi kemana liburan ini?” tanya Sehun sambil memiringkan kepalanya dan menghadap ke arah Baekhan yang berjalan dengan anggun di sebelahnya.
“Hmm, kemana ya? Mungkin liburan ini aku dan Baekhyun tidak akan pergi liburan bersama orangtua kamimereka sangat sibuk. Tapi aku juga nggak mau pergi berdua dengan Baekhyun yang menyebalkan itu”
Sehun tertawa mendengar jawaban Baekhan. “Kau tak pernah dekat ya dengan Baekhyun?” tanya Sehun.
“Entahlah. Padahal, waktu kecil dulu aku nggak mau main kalau bukan sama Baekhyun. Tapi sekarang aku malah nggak mau berdekatan dengan dia.” Baekhan tertawa sendiri mendengar jawabannya. Sangat konyol.
“Ya.. ku rasa memang sedikit repot mempunyai adik seperti dia,” kata Sehun.
“Sehun, kau juga berpendapat seperti itu, ‘kan? Wah, kita berdua memang benar-benar satu pikiran!” ucap Baekhan sambil mengepalkan kedua tangannya di depan badannya yang mungil.
Sehun melirik Baekhan dengan pandangan yang lembut. “Aku sudah lama ingin mengajakmu ke villa-ku. Kau mau ke sana saat liburan musim panas nanti? Villanya dekat dengan pantai. Benar-benar bagus. Kau pasti suka,” ajak Sehun.
“Hm, selama tidak ada Baekhyun tak masalah” ujar Baekhan setengah bercanda.
Baekhan menoleh ke arah Sehun yang tampak begitu bersinar di bawah sinar matahari. Entah kenapa, hatinya selalu merasa nyaman jika ia sedang bersama Sehun dimanapun dan kapanpun. Baekhan melihat ke bawah. Kakinya dan kaki Sehun melangkah secara bersamaan, seirama.
Ya, ada apa denganmu?” tanya Sehun sambil merangkul Baekhan dengan lembut. Seperti biasanya, rangkulan yang begitu hangat. Baekhan menggelengkan kepalanya sambil menatap mata Sehun yang sejuk.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar