Senin, 21 Desember 2015

EXO Fanfiction - [Summer: Mirage] Chapter 2



Chapter 2 – Baekhyun Drawing Book



Author: Muftonatul Aulia & Hanifah Harahap
Genre: Romantic, Friendzone, Memories, Angst, Drama
Length: Multichapter
Rating: General
Cast:   


                1. Park Chanyeol (21 th)                                               
                2. Byun Baekhan(OC) (21 th)
                3. Byun Baekhyun (20 th)
                4. Oh Sehun (21 th)
                5. Luhan (21 th)
                6. Park Seulwoo (19 th)
                7. Do Kyungsoo (20 th)
                8. Zhang Yixing (21 th)
                9. Kim Junmyeon (21 th)
                10. Kim Jongin (21 th)


Credit Poster: Gyuskaups@ Indo Fanfictions Arts
PLEASE, NO PLAGIAT! THIS STORY IS REAL FROM OUR MIND.





Park Chanyeol baru saja selesai mengganti kaus basketnya dengan sebuah kaos berlengan pendek. Ia berjalan menuju mobilnya sambil merenggangkan otot-ototnya yang kaku setelah melaksanakan beberapa kegiatan hari ini.
Tapi meskipun demikian ia tetap saja senang karena bisa mengalahkan team Sehun di pertandingan kali ini. Rasanya seperti terbang ke langit ketujuh. Inilah Chanyeol, mahasiswa jurusan seni yang disegani dan dikagumi oleh penduduk Seoul University. Well, selain fakta bahwa dia tampan dan keren, dia juga memiliki banyak bakat dalam urusan musik.
Di area parkiran kampus hanya tersisa empat buah mobil lagi. Ketika ia akan membuka pintu mobilnya yang berwarna hitam, ia melihat Sehun dan Baekhan di depan sebuah mobil sport yang terparkir di ujung. Sehun dengan senyum ramahnya membukakan pintu mobil untuk Baekhan yang memegangi outer-nya. Chanyeol bisa melihat tatapan yang sangat lembut dan tulus dari seorang Sehun. Tatapan yang sudah lama tak ia lihat dari namja bersuara emas itu. Tatapan mata yang terkesan genius.
Chanyeol benar-benar iri dengan segala ke-geniusan seorang Oh Sehun. Ini sangat menyebalkanmelihat rivalnya adalah seorang yang sangat genius dan terkenal di kampus ini. Tak berapa lama kemudian, Sehun memacu mobilnya meninggalkan gedung kampus.
Chanyeol masuk ke dalam mobil dan duduk dengan tegap, seperti seorang pembalap yang akan mengejar lawannya. Ia buru-buru mengenakan sabuk pengamannya. Raut wajahnya yang biasanya tenang seperti air yang mengalir dengan lembut, berubah menjadi seperti ombak yang terus menghempas ujung pasir di pantai. Ia tak suka jika Sehun bersama dengan Baekhan.
Dengan satu gerakan cepat, Chanyeol memacu mobilnya. Meninggalkan asap yang berwarna keabuan.
~OoOo~
Baekhan membuka pintu kamarnya yang berwarna putih dengan tangan kanannya. Ia menyeret outer dan tasnya dengan malas-malasan. Baekhyun yang sedang tiduran sambil memainkan handphone-nya sedikit terenyak mendapati nuna-nya yang baru saja pulang setelah sekian lama ia berada sendirian di kamar yang cukup luas ini. Baekhan menutup pintu kamar dan meletakkan outer dan tasnya di atas meja belajar Baekhyun yang tak terlalu jauh dari pintu kamar.
           Ya, kenapa kau tidur di sini?tempat tidurmu ‘kan di atas!” kata Baekhan sambil memegangi leher belakangnya yang terasa kaku sekali.
            Well, Baekhan dan Baekhyun memang tidur di satu kamar. Baekhan sebenarnya sangat malas jika harus tidur dengan Baekhyun. Tapi mau bagaimanalagi, Baekhyun selalu merengek meminta tidur dengannya karena ia tak berani jika tidur sendirian. Padahal, kamar mereka berdua bersebelahan di lantai dua. Karena Baekhyun tidak mungkin tidur dengan orangtuanya, jadilah dia yang tidur dengan Baekhyun. Lagipula kamar Baekhyun sudah diubah jadi ruang musik sejak mereka SMP.
         Awalnya mereka tidur satu kasur. Tapi lama kelamaan Baekhan yang mulai merasa risih dengan segala boneka-boneka Baekhyun yang diletak di kasur, meminta dibelikan kasur dua tingkat yang lebar untuk mereka berdua. Baekhyun tidur di kasur paling atas karena Baekhan tidak mau repot naik ke atas jika akan tidur. Orangtua mereka juga memperluas kamar mereka karena keduanya sering bertengkar masalah bagian mereka masing-masing.
Di dalam kamar mereka yang berwarna pastel ini, ada dua buah meja belajar, dua buah komputer, dua buah printer, dua buah lemari pakaian, dua buah rak buku tinggi, dua buah meja rias, dua buah kursi yang berbentuk setengah bola untuk mereka bersantai, dua buah buffet, dan beberapa barang-barang lainnya.
Di dalam kamar ini juga ada sebuah kamar mandi yang tidak terlalu besar dengan dua buah rak peralatan mandi.  Baekhan sangat tidak mau jika barang-barang miliknya tercampur dengan barang-barang Baekhyun. Bahkan rasanya ia tak mau membiarkan kasurnya yang bersih itu terkotori oleh Baekhyun.
        “Sebentar saja. Aku capek,” kata Baekhyun malas-malasan. Jarinya yang lentik masih memegangi handphone-nya.
             Baekhan yang kesal lalu menghempaskan badannya di atas kasur. Gadis itu menggeser badan Baekhyun ke ujung kasur yang kebetulan berhimpitan dengan tembok kamar.
             “Baekhan!” kata Baekhyun keras.
“Ini kasurku, ‘kan? Jadi suka-suka aku,” jawab Baekhan masam sambil terus mendorong Baekhyun ke ujung kasur.
Hati Baekhan sekarang benar-benar senang melihat Baekhyun begitu sengsaranya. Baekhyun melawan dengan memukul-mukul bahu gadis itu. Baekhan memejamkan matanya dengan senyum yang terukir di wajahnya ketika ia berhasil membuat Baekhyun terjepit di ujung kasurnya.
 Baekhyun yang kesal pun menendang tubuh nuna-nya dengan kasar meskipun ia tahu kalau ia akan mendapatkan dosa karena sudah menendang nuna-nya itu kelak.
“Wuuuaaaaaaa!!!” Gadis itu terjatuh dari tempat tidurnya dengan wajah mendarat terlebih dahulu.
Baekhyun tertawa sejadi-jadinya ketika Baekhan merintih kesakitan.
“Dasar lemah. Baru ditendang sekali saja sudah jatuh. Kau tak punya tulang, ya?” kata Baekhyun sambil tetap tertawa keras hingga matanya sedikit berair.
“Baekhyuunn!!!” kata Baekhan geram.
Gadis itu meraih bantal sofa yang tergeletak di dekat buffet milik Baekhyun dan melemparkannya pada Baekhyun yang tengah terkekeh sendiri. Jadilah mereka berdua perang bantal di dalam kamar itu. Sesekali, Baekhan mencubit lengan Baekhyun dengan sekuat tenaganya hingga lengannya menjadi kemerahan. Baekhyun tak berhenti menendangi nuna-nya itu dengan kaki kanannya.
Suara engsel pintu membuat mereka berdua terdiam dan melihat ke arah pintu kamar mereka. Ketika sesosok lelaki muncul di baliknya, Baekhan merasakan mukanya menjadi merah. Park Chanyeol datang dengan gaya yang casual.
Chanyeol terkejut ketika mendapati kedua kakak-adik itu sedang perang bantal di dalam kamar mereka yang beraroma sejuk. Sesaat semuanya hening seperti salah satu bagian menegangkan dalam film horror.
Baekhyun melirik ke arah Baekhan yang berada di ujung kasur. Dengan kakinya, Baekhyun menendang gadis itu hingga ia jatuh untuk yang kedua kalinya. Chanyeol yang berdiri di depan pintu kamar itu langsung menghampiri Baekhan yang jatuh dengan posisi tengkurap seperti anak bayi di lantai kamar. Rambut gadis itu sudah acak-acakan, begitupun dengan Baekhyun.
“Kau baik-baik saja?” tanya Chanyeol sambil membantu Baekhan berdiri.
Ne,” Baekhan memegangi lengan kanannya. Ia benar-benar malu dengan Chanyeol saat ini. Entah Chanyeol bisa melihat wajahnya yang bersemu merah atau tidak.
Park Chanyeol menoleh ke arah Baekhyun.
Ya, Baekhyun! Kau tega berbuat seperti itu pada nuna-mu?” tanya Chanyeol pada Baekhyun. Yang ditanya tidak menjawab dan malah sibuk memainkan handphone-nya. Chanyeol melempar Baekhyun dengan bantal sofa yang kebetulan ada di sebelah kaki kirinya.
“Aish, hyung! Lihat, aku kalah ‘kan!” kata Baekhyun dengan kesal. Ia memencet-mencet layar handphone-nya dengan kasar.
             “Bukankah kasurmu di atas?” tanya Chanyeol pada Baekhyun.
           Ne,”  jawab Baekhyun malas-malasan. Ia bangkit dari posisi tidurnya dan melirik ke arah nuna-nya yang duduk di kursi meja rias-nya yang agak berantakan. Beda sekali dengan meja rias Baekhan yang tertata rapi.
         “Kenapa hyung bisa ada di sini?” tanya Baekhyun dengan pandangan mata yang sayu. Benar-benar seperti seorang yeoja.
           “Tadi Nyonya Byun menyuruhku masuk saja ke kamar kalian. Entah kenapa tapi aku ingin sekali berkunjung ke rumah ini,” Chanyeol duduk di pinggir kasur Baekhan. Ia memandang sekelilingnya.
            “Kalau aku jadi Baekhan, aku tak tahan jika harus tidur sekamar dengan Baekhyun...” ujar Chanyeol sambil tertawa kecil menyaksikan semua barang-barang di dalam kamar ini ada dua, kecuali TV, sofa dan AC.
          “Baekhan tak apa. Buktinya ia masih hidup sampai sekarang,” kata Baekhyun sambil menunjuk gadis itu dengan ujung dagunya.
            Mwo?!” Baekhan menunjukkan muka kasarnya pada Baekhyun yang hanya menatapnya dengan ekspresi datar.
            Chanyeol tersenyum kecil. “Oh ya, Baekhan. Kau ikut klub vokal, ‘kan? Aku ingin berlatih bersama Baekhyun untuk persiapan festival awal musim gugur. Aku akan memainkan piano dan kau yang bernyanyi, bagaimana?” tawar Chanyeol pada Baekhan.
            Ne,”  jawab Baekhan menganggukkan kepalanya.
Ja..” Chanyeol berdiri dan memasukkan kedua telapak tangannya ke kantong celana.
Mian. Bolehkan aku mandi terlebih dahulu? Aku baru saja pulang tadi,” tanya Baekhan dengan polosnya.
Chanyeol terkekeh pelan. “Baiklah. Aku dan Baekhyun akan menunggu di ruang musik,” jawab Chanyeol.
Chanyeol memberi isyarat pada Baekhyun untuk segera keluar dari kamar. Baekhyun yang menangkap sinyal itu beranjak dari tempat tidur dan mengikuti Chanyeol dari belakang. Ia sedikit merapikan rambutnya yang berwarna kemerahan.
“Mandi sampai harum ya, nuna”  kata Baekhyun dengan lembut sebelum ia menutup pintu kamar. Baekhyun mengedipkan satu matanya pada Baekhan yang belum beranjak dari kursinya.
Baekhan menatap adiknya itu dengan tatapan heran. Ada apa dengan Baekhyun itu? Apa tadi dia terlalu keras memukul kepala adiknya? Oh, Tuhan maafkan Baekhanjangan tambah dosa Baekhan.
Setelah kedua namja itu keluar, Baekhan melompat kegirangan karena ajakan Chanyeol. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan Chanyeol di dalam rumahnya sendiri. Baekhan berlari mengambil handuk warna merah muda yang masih licin lalu bergegas ke kamar mandi dengan wajah yang gembira.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Baekhan duduk di pinggir kasurnya yang sedikit berantakan setelah perang bantal dengan Baekhyun tadi. Ia merapikan kasurnya dan menaruh bantal yang jadi senjata mereka berperang ke tempatnya semula.
Baekhan berjalan menuju meja belajar Baekhyun dan mengambil handphone-nya di dalam tas. Meja Baekhyun sedikit berantakan dengan buku-buku kuliah yang Baekhyun tumpuk asal-asalan. Baekhan sedikit terkejut mendapati di sudut meja Baekhyun ada tiga buah foto mereka yang di beri bingkai warna emas.
Ada foto saat mereka masih kecil, saat mereka liburan ke Jepang dan foto terbaru mereka tiga bulan lalu di Busan. Ia melirik ke arah meja belajarnya dan baru sadar bahwa jarak antara meja belajar Baekhyun dan dirinya sangat jauh. Pantaslah ia tak sadar bahwa Baekhyun telah mencuci foto mereka dan meletakkannya di atas meja belajarnya.
             Baekhan tersenyum geli mendapati perubahan wajah Baekhyunyang menurutnya sekarang semakin mirip dengannya.
“Oh, Baekhyun. Kau itu yeoja atau namja?’” kata Baekhan seraya mengelus foto Baekhyun yang tersenyum manis seraya memeluknya.
Ia menaruh handphone-nya di dekat bingkai foto lalu menumpuk buku-buku Baekhyun dengan rapi. Di bawah tumpukan buku-buku kuliah itu, Baekhan menemukan sebuah buku gambar berwarna hitam dan putihwarna favorit Baekhyun karena arti namanya sendiri adalah hitam putih.
Baekhan ingat kalau Baekhyun sangat pintar menggambar bahkan sejak mereka kecil. Adiknya itu suka sekali menggambar apapun yang ia temukan di sekelilingnya. Baekhyun suka sekali menggambar pepohonan, lembah-lembah, isi kamar mereka, pantai, dan masih banyak lagi.
Saat SMA, Baekhan melihat kemampuan Baekhyun dalam bidang seni semakin besar. Apalagi, saat ia masuk klub musik dan berteman baik dengan Chanyeol yang terkenal pandai memainkan beberapa alat musik.
Baekhyun juga sering melakukan re-design kamar mereka. Kamar mereka sudah berganti suasana beberapa kali dalam waktu 2 tahun ini. Pernah sekali Baekhyun mengusung suasana elegan seperti kamar kerajaan, lalu pernah juga kamar yang penuh dengan aksesoris yang lucu, mozaik, dan sekarang Baekhyun membuat suasana kamar menjadi sangat lembut dengan warna-warna pastel. Harus Baekhan akui, ia menyukai segala design kamar yang Baekhyun buat selama beberapa tahun ini sehingga ia tak perlu merasa bosan sendiri dengan suasana kamarnya. Pantaslah Baekhyun mengambil jurusan senisama seperti Chanyeol.
Gadis itu duduk di kursi dan membuka buku gambar milik Baekhyun dengan pelan. Di lembar pertama, ada sketsa setengah badan Baekhyun yang sedang tersenyum dengan manisnya di sebuah pantai. Ia ingat, pantai itu adalah salah satu pantai di Jepang yang mereka kunjungi beberapa bulan lalu. Baekhan tersenyum geli. Ia baru menyadari bahwa adiknya sangat narsis sampai-sampai menggambar dirinya sendiri.
Baekhan kembali membuka lembar kedua. Ia benar-benar terkejut karena ada sketsa dirinya yang sedang duduk di bebatuan pantai sambil menatap birunya laut. Baekhyun menggambarnya dari samping. Sejak kapan adiknya itu mau menggambar dirinya? Baekhan tersenyum kecil. Di bagian atas kanan kertas itu, ada keterangan yang ditulis Baekhyun dengan rapi.
“Dia menyebalkan. Tapi, dia sangat cantik dan dewasa. Aku sangat menyayangi Baekhan-nuna. Jika dia bukan nuna-ku, aku mungkin sudah jatuh cinta padanya
Baekhan membekap mulutnya.
Mwo? Kata-kata ini ditulis oleh seorang Byun Baekhyun yang aneh itu? Yang setiap detik selalu membuat hidupnya kacau itu? Baekhan tersenyum lebar dan mengelus sketsa dirinya itu dengan ujung jarinya. Benar-benar halus. Baekhyun pasti membuatnya dengan sepenuh hati. Baekhan sedikit merasakan sejuk dalam dirinya.
Dia lalu membuka lembaran selanjutnya. Hanya kertas putih. Baekhan menaikan satu alisnya. Kenapa kosong? Apa Baekhyun baru menggambar dua buah sketsa? Tidak mungkin, akhir-akhir ini dia sering duduk menyendiri di meja belajarnya!
Baekhan membuka lembaran selanjutnya.
Oh!
Ada sketsa wajah seorang gadis cantik berambut ikal sepunggung dengan latar sinar matahari yang cerah.  Mata gadis itu bulat dan berbinar. Senyumnya tipis dan menawan.
Baekhan menerka-nerka siapa gadis yang ada dalam sketsa itu. Itu jelas bukan dirinya maupun mom. Ia yakin itu juga bukan salah satu gadis gosip yang sering bersama dengan Baekhyun. Rasanya ia pernah melihat wajah cantik yang ada di sketsa itu. Tapi siapa? Baekhan kembali melihat sketsa di depannya itu dengan teliti. Wajah gadis itu mirip seseorang...
       Handphone Baekhan bergetar. Dia meraih handphone-nya yang berwarna gold itu dan membukanya. Oh, ada pesan masuk. Baekhan buru-buru membacanya. Dari Oh Sehun.
                 
        “Baekhan, besok sepulang kuliah aku akan menepati janjiku untuk mengajakmu bertemu dengan band Yixing dan Junmyeon. Kamu bisa, ‘kan?”
                 
           Baekhan tersenyum lebar. Ia menutup buku gambar adiknya itu dan meletakkannya di tengah meja belajar Baekhyun. Gadis dengan tinggi 166 cm itu berdiri dan berjalan menuju kasurnya seraya mengetik untuk membalas pesan dari Sehun.
                 
           “Iya, aku bisa. Bilang ke Yixing kalau aku merindukannya. Setelah lulus SMA, dia tak pernah lagi menghubungiku. Hahahahaha” 

            Gadis itu menghempaskan badannya yang mungil ke kasur dan terus menatap layar ponselnya yang bening. Ia kembali mengingat masa SMA-nya dengan teman-temannya yang kini entah ke mana. Baekhan ingat betul dulu ketika masih SMA, ia berteman baik dengan Sehun dan teman-temannya.
Sehun punya banyak teman lelaki yang tampan dan tentu disukai banyak gadis. Kadang, Sehun mengajaknya untuk berkumpul bersama teman-temannya itu dan hang out bersama-sama. Baekhan punya banyak kontak mereka, tapi setelah lulus SMA mereka tidak pernah lagi saling menghubungi.
            Ia membuka galeri handphone-nya dan melihat semua fotonya bersama Sehun yang ia simpan di sebuah folder khusus.
             “Sehun, bagaimana bisa kau jatuh cinta pada sahabatmu sendiri? Ini benar-benar mengerikan, karena aku terlanjur menyukai Park Chanyeol. Well, setelah sekian lama kita bersahabat, ada kemungkinan aku menyukaimu juga,”
                Baekhan meraih remote AC dan mengatur suhunya menjadi lebih dingin lagi. Musim panas akan segera tiba dan ia rasa, ia mulai membencinya. Gadis itu memiringkan badannya ke arah kanan dan memejamkan mata sambil tetap menggenggam handphone-nya.




Oh Sehun duduk di sofa empuk di kamarnya yang berwarna putih. Ia membaca balasan dari Baekhan dan tersenyum kecil. Tentulah gadis itu merindukan Yixing karena Yixing adalah pendengar yang baik bagi Baekhan. Gadis berambut coklat itu sering sekali menceritakan semua kekesalannya pada Baekhyun dengan Yixing. Mereka juga berteman baik dan sering berkomunikasi.
          Kemarin ketika Sehun pergi ke toko buku, ia tak sengaja bertemu dengan Yixing. Sepulang dari toko buku, Yixing mengajak Sehun untuk mampir ke apartement-nya yang tak jauh dari sana. Di sana, Yixing memperkenalkan Sehun dengan teman-teman band-nya dan menceritakan semua hal pada Sehun.
Saat berbicara tentang klub vokal, Sehun teringat dengan Baekhan. Yixing juga berkata kalau ia benar-benar merindukan gadis yang periang itu. Dia kehilangan handphone-nya saat ia liburan ke USA dan tentu ia kehilangan semua kontak teman masa SMA-nya.
          Sehun kembali memutar otaknya untuk mengingat kejadian masa SMA-nya. Saat istirahat tiba, ia sering mengajak Baekhan ke ruang klub vokal dan membelikan gadis itu banyak makanan. Gadis itu tentu sangat senang ketika Sehun datang membawa banyak makanan lezat dan minuman segar untuknya. Lalu gadis itu akan memuji dirinya dengan sejuta kata-kata manis saat ia sudah merasa puas dengan semua makanannya.
Ia juga sering mengajak Baekhan main ke rumahnya bersama teman-temannya yang lain dan mentraktir mereka untuk makan siang bersama-sama.
Sehun melihat layar handphone-nya.
Di sana, ada foto Baekhan yang ia ambil secara diam-diam. Saat itu, Baekhan sedang menyanyikan salah satu lagu jazz di ruang klub vokal ketika Sehun menjepretnya. Ia sengaja menjadikannya sebagai wallpaper  handphone-nya meskipun gadis itu bukan kekasihnya. Lebih dari itu, gadis bernama Byun Baekhan itu cinta pertamanya.
Sehun tahu semuanya tentang Baekhan. Mulai dari warna kesukaannya, hal-hal yang ia benci, lagu kesukaannya, pelajaran kesukaannya, minuman kesukaannya, hingga guru yang paling ia benci.
Entah kenapa, tiba-tiba ia merindukan masa-masa SMA-nya. Masa-masa di mana ia benar-benar dekat dengan Baekhan. Ia juga benar-benar merindukan semua hal bersama klub basketnya saat SMA dulu.
Sehun menghela napas. Ia menekan nomor Yixing dan menelponnya.
“Yixing, besok aku dan Baekhan akan datang ke Mozaik Caffe setelah jam kuliah selesai. Baekhan bilang dia sangat merindukanmu,” Sehun tersenyum tipis.
Di belahan kota Seoul yang lain, Yixing yang menerima telepon dari Sehun tengah duduk di halaman belakangnya. Yixing tersenyum mendengar perkataan Sehun yang bilang kalau Baekhan merindukannya.
Jinjja? Kuharap kau tidak cemburu padaku, Sehun” ucap Yixing sambil terkekeh kecil.
“Aku tahu,” jawab Sehun singkat. Yixing benar-benar tak berubah.
“Bagaimana dengan... Park Chanyeol?” tanya Yixing seraya menatap langit yang menurutnya sangat indah dengan goresan awan putih yang tampak seperti bergerak.
“Masih sama seperti dulu,” Sehun menghela napas panjang. “Bahkan lebih parah. Dia benar-benar menyebalkan dan selalu mengurusi apa yang menjadi urusanku. Apa mungkin dia perlu sedikit pelajaran agar tak menganggu kehidupanku lagi?”
Ya, apa kau gila? Kau ingin seperti dulu lagi?” suara Yixing agak memberat setelah mendengar jawab Sehun.
Sehun memegangi bahu kanannya.
Ani,” jawab Sehun pelan. “Tapi aku tak akan diam kalau dia mulai mendekati Baekhan. Kau tahu sendiri kan Chanyeol itu lelaki seperti apa? Kita dulu berteman baik selama empat tahun dengannya dan ku rasa kau juga tahu segalanya tentang Chanyeol.”
Yixing menelan ludah untuk menghilangkan kegusarannya. Ya, dia mengerti bagaimana keadaan Sehun saat ini. “Baiklah. Besok kami akan menunggu kalian berdua di Mozaik Caffe,” kata Yixing mengakhiri percakapan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar